Monday, September 24, 2007

MUKENA DAN SAJADAH

“ Baru ya mbak?” tanya seorang teman melihat saya tarawih memakai mukena merah muda. Saya cengengesan. Mukena itu mukena lama hadiah ibu, yang jarang saya pakai. Maklum warnanya yang merah muda cantik itu bikin nyolok mata kalau dipakai ditengah manusia yang bermukena putih. Bayangkan dari lautan putih eh ada satu warna yang tiba-tiba mak plok berbeda sendiri, merah muda lagi…wii mau nggak mau, ada atau tidak ada pasti ada yang memperhatikan sambil seenggaknya membatin ,” ealah kok ya merah muda…”

Sama dengan saya, Ayu yang pergi tarawih dengan mukena yang berwarna agak orange pun jadi risih saat ia melihat semua orang bermukena putiiih semua. Akhirnya ia pilih duduk di shaf belakang untuk menghindari ditatap sedemikian rupa oleh orang. Orang dewasa memang tidak perhatian, tapi justru anak-anak yang melihatnya dengan girang. Besoknya karena shaf-nya makin maju, ia pun terpaksa maju meski dengan sedikit risih. Tuh kan bener. Seada-adanya orang pun langsung memperhatikan. Maklum mukena orange-nya itu membuat nuansa putih jadi sedikit berbeda. Lah besoknya…tharararaa……..Mendadak nuansa putih yang kemarin merajai kini hilang dan jadi belang-belang, karena semua orang datang dengan mukena yang berwarna-warni. Hiks! Diam-diam Ayu tertawa sendiri. Waduuh padahal bukan maksudnya mengacaukan keadaan lho…..

Memang tanpa disadari sholat bisa enggak khusyu’ jika kita menatap orang lain memakai mukena warna-warni. Entah karena pikiran meleng dan tiba-tiba membatin betapa bagusnya atau justru mencerca-kok tega-teganya pake mukena beda warna. Jangankan mukena, coba kalau orang didepanmu memakai kaos bergambar dengan kata-kata lucu seperti kaos dagadu atau jogger…tanpa sadar kita akan membaca dan tertawa dalam hati. Walah hilang sudah khusyu’ itu, terbang bersama tulisan lucu didepan kita. Hehehehe…

Tapi yang paling bikin saya jadi mikir adalah ucapan seorang ibu pada seorang nenek yang diberinya sajadah.
“ Lho mbah, sajadahnya kok nggak dipakai? Nggak suka ya? Kalo nggak suka dikasih sama yang lain saga,” ucap si ibu yang melihat si Embah tetap saga memakai handuk merah mudanya sebagai sajadah.
Dengan ucapan tak tak terlalu nyambung si Embah memberi alasan sementara diam-diam saya jadi nggak enak sendiri mendengarnya. Diam-diam saya bertanya pada diri sendiri, bisakah saya menahan diri untuk tak menegur seperti itu jika apa yang saya beri tak dipakai si penerima? Saya ingat guru saya pernah berkata apa yang sudah kau berikan, apapun itu tak usah kau permasalahkan lagi. Terserahlah akan diapakan, karena hak si penerima untuk menjadikannya apa saja. Seandainya pun dijual karena ia lebih butuh uang ketimbang si barang, biarkan saja…mungkin itu lebih bermanfaat baginya.
Jadi ikhlaskah si ibu tadi memberi? Saya rasa ikhlas hanya saja ia kecewa melihat pemberiannya tak dipakai oleh si embah dengan segera…


Monday, September 10, 2007

MENUJU CAHAYA

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Seringkali perjalanan kita menuju cahaya tak semulus gelembung-gelembung air yang melayang menuju permukaan. Banyak contoh bagaimana manusia gagal mencapai cahaya terang di ujung perjalanannya setelah sekian lama berada di jalan yang benar, tak jarang pula kita temui orang-orang yang akhirnya menemukan cahaya itu dan pulang dalam damai. Maka semoga ramadhan yang menjelang ini, memberi keberkahan bagimu semua. Memberimu dorongan besar untuk semakin dekat menuju cahaya terang-Nya. Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf atas seluruh khilaf, semoga kebeningan hatimu membukakan pintu maaf itu, dan kita bisa melalui Ramadhan dengan hati riang hingga hari yang fitri itu datang.

Monday, September 3, 2007

APA KABARMU HARI INI SAYANG?

23 Juni, 12:32
Apa kabarmu hari ini, Sayang? Apakah kau merasa nyaman didalam buaian di dekat Sang Empunya alam? Ah tak terasa, hari ini, sepuluh tahun tepat bunda menunggumu ditengah deraan dan bisik-bisik menyakitkan. Andai saja Ayah tak menguatkan bunda, entah bagaimana bunda melalui seluruh hari yang penuh penuh cemooh atau tatapan kasihan. Ayahlah yang selalu menggenggam tangan Bundamu setiap kali Bunda mulai lelah menghadapi hari-hari panjang menantimu dan berkata ,” Jangan dengarkan setiap orang yang menanyakan kapan pangeran atau bidadari kita datang, karena cuma Allah yang memegang rahasia kehidupan”.
Ia pula yang tak bosan-bosannya membisikkan kata manis ditelinga Bunda agar tak pernah berhenti memanjatkan doa kebaikan pada-Nya, agar kelak jika Ia mengijinkanmu turun, bunda dan ayah sudah siap mengemban amanah.

Oh Sayang, apakah kau melihat mendung di langit siang? Rasanya sebentar lagi hujan akan datang, membasahi bumi yang sekian lama nelangsa kekeringan. Coba lihat itu sayang, hujan benar-benar datang bukan? Ia turun tanpa ampun dan menguarkan bau tanah basah yang hangat setelah lama tak terjamah oleh derasnya hujan. Coba bayangkan berapa banyak senyum yang terkembang karena guyuran hujan ini. Pastilah kesuraman musim kemarau lalu telah terbilas habis olehnya ya? Ah, iya ada baiknya kita berdoa seiring lebatnya hujan ini, Sayang, karena berdoa saat hujan turun pertama kali itu penuh ijabah. Ah, betapa lelahnya Bunda sayang. Entah kenapa badan bunda jadi tidak nyaman akhir-akhir ini….Maafkan Bunda, sayang, Bunda merasa harus segera mengistirahatkan badan, sebelum mata Bunda kian berkunang-kunang.

25 Juni, 18:30
“ Ibu, selamat ,” Dokter Nida menyalamiku dengan hangat. Tatapan matanya yang berbinar cerah sama sekali tak menjawab kecamuk pertanyaan dihatiku. Selamat? Mengapa harus diberi ucapan selamat?
“ Maksud, Dokter?”
“ Ibu hamil 5 minggu,” jawab Dokter Nida sambil menepuk-nepuk tanganku.
Hamil? Aku menatap suamiku, dan berteriak tertahan saat ia mengangguk mengiyakan. Ya Allah, terimakasih…Akhirnya Engkau mengirimkannya datang juga, seorang bocah yang sudah sepuluh tahun kami tunggu. Terima kasih Ya Allah, dan air mata pun turun tak tertahan….
“ Sayang, akhirnya kau turun juga dari buaian di dekat Empunya Alam. Terlihatkan olehmu langit cerah hari ini, Sayangku? Terlihatkah olehmu bintang bulan berkilauan menyambutmu? Ulurkan tangan mungilmu, Sayangku, ajak Ayah dan Bunda menari disitu,” bisikku seraya menengadah ke angkasa dan memanjatkan doa syukur pada Allah Yang Akbar.


Only story, Inspired by TY’s family (both of you are great!)
Done, 12:51, 030907