Sunday, June 29, 2008

RINDU


Apa kamu tahu, rindu kepadamu telah membuatku jadi pelukis amatiran, menyatukan seribu warna demi menggambarkan detil wajah manusia yang namanya enggan kusebutkan. Edan!

Apa kamu tahu, rindu padamu telah membuatku jadi pujangga kelas teri, mendadak cerdas menorehkan sederet kalimat sakti dalam bentuk puisi.Uff, if only you can see!

Apa kamu tahu, rindu padamu telah membuatku jadi penyanyi kamar mandi yang handal, bernyanyi-nyanyi sepanjang hari tanpa peduli orang-orang menutup telinga keberatan. Wew, nggak beres bukan?

Apa kamu tahu, rindu padamulah yang membuat potensi kebutaan jadi besar. Apa pasal? Karena aku tak pernah berhenti berusaha meski tahu ada halangan di depan sana. Gila ya?

Apa kamu tahu rindu padamu telah membuat rinai airmata bergulir setiap kali kulantunkan doa-doa kebaikan padamu yang belum tentu memikirkan aku. Huu, Im insane because of you!

“Kenapa tak kau kejar?” sosok kelam hatiku berkomentar.

“ Karena dia bukan kuda binal yang harus ditaklukkan dengan cencangan laso panjang lantas dikandangkan.”

“ Ah sok baik kamu! Terjang saja, katakan I love you!”

“ Mauku juga begitu tapi tak semudah itu.”

“ Kenapa?”

“ Karena aku menginginkannya dengan segenap ijabah dan ridho Allah. Aku takkan memaksa dengan segenap cara demi memilikinya. Meski orang bilang semua halal dalam cinta dan perang…Tidak, tidak. Aku enggan. Karena aku tahu yang kudapat hanya lingkaran kesusahan dengan melakukan acara kejar mengejar dan pemaksaan.”

“Lha iya…” hati putihku tergelak.” Jika rindu pada manusia saja sampai segitunya, apa pernah kamu merasakan hal yang sama pada Tuhanmu? Apa kamu pernah mengatakan cinta pada-Nya sedemikian rupa seperti yang kau lakukan untuknya? Apa kamu pernah merasa pusing tujuh keliling dan bersalah saat kamu lupa janji waktu ketemu yang lima waktu dengan-Nya? Rasanya kok belum pernah ya? Bukankah Ia lebih mencintaimu dibanding dengannya yang namanya ogah kau sebutkan itu? Hei, what the hell are you thinking, pathetic?

Hiuuh…Kata-kata itu menohokku, membuatku tersipu sangat malu.

Done, June 29th, 2008

Inspired by Arai (Sang Pemimpi) and my daily funny story

Monday, June 9, 2008

CINTA ITU IKHLAS


Sendirian, ia membelah jalanan yang mulai dihujani lampu-lampu gemerlapan. Berpikir dalam diam pada setiap tatapan lurus ke depan.

Kota ini telah berubah, jauh lebih bersolek dibanding yang ku ingat,” batinnya sembari menyapu pandang ke arah jajaran pertokoan.

Bensin, Pak, sepuluh,” katanya pada petugas pom bensin di depannya.

Sepuluh liter?”

Ah Si Bapak, glodaag…”

Ya, sepuluh liter ya?” goda si petugas pom.

Ia tertawa campur pahit. Lalu bergegas terbang keluar dari pom bensin begitu uang sepuluh ribuan sudah berpindah tangan pada kasir berumur lima puluhan.

Pecek lele, Mbak. Satu, dibungkus,” katanya lirih, setengah malas ketika ia sampai di warung Bu Ndiyah

Dibungkus?”

Ia mengangguk pelan pada perempuan yang kemudian segera memenuhi pesanannya dengan cekatan. Buru-buru ia melesat setelah uang enam ribuan ia angsurkan pada perempuan manis penjaga warung itu.

Mencintai itu tidak egois, Kak. Tidak memaksakan kehendak atau pendapat meski kebenaran-lah yang kau ungkap,” teringat kembali di kepalanya ucapan Sang Ibu ketika ia tengah diamuk badai kemarahan beberapa hari lalu.

Mencintai itu ikhlas, Kak. Ikhlas membiarkan orang yang kita sayangi menentukan jalan hidupnya sendiri, mengarungi lautan luas kehidupannya tanpa kita mencampurinya.”

Ia diam saja dalam kemarahan.

Kita memang tak bisa menduga apa yang terjadi ketika cinta itu tiba, Kak. Cinta yang indah itu seringkali membuat manusia lupa pada segala-galanya bahkan pada sesuatu yang sebelumnya sangat penting dalam hidupnya. Ikhlaskan saja, Kak, karena kita belum tentu lurus bertindak saat kita sendiri yang mengalaminya,” kata Sang Ibu sembari memeluknya kuat-kuat. Seolah ingin memindahkan kesedihan yang terbuka dimata bulat putrinya.

Apakah begini keadaanku ketika aku jatuh cinta, Bu? Gila segila-gilanya meski menyadari kesulitan di depan kita?” tanya hatinya sembari menenangkan hati.

Cinta memang fitrah manusia, kata hati putihnya. Allah bahkan telah berfirman dalam QS. Ali Imran : 14 ;

Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik.”

Tapi begitupun cinta, ia bisa membawa petaka ketika salah menempatkannya, sambung hati putihnya kembali. Maka benarlah ketika Jalal Al-Din Rumi, sufi agung itu berkata lewat syairnya bahwa cinta bisa mengubah segala sesuatu secara radikal.

Karena cinta, yang pahit menjadi manis; karena cinta, biji tembaga menjadi emas

Karena cinta, noda menghilang; karena cinta, rasa pahit menjadi manis,

Karena cinta yang mati dibuat hidup; karena cinta, sang raja menjadi hamba.”

Sunyi meliputi, kejengkelan membludag dan membuat hujan kecil mendadak membadai di kamarnya yang berwarna hijau pucat.

Ikhlaslah, Kak. Doakan saja ia, karena cinta juga berarti doa, Kak. Doa yang kau kirimkan ketika kau mengawasinya dari kejauhan sembari berjaga-jaga jika ia membutuhkan bantuan,” ucap ibunya bijak.

Udara malam kian dingin membelai dirinya, meniup jilbabnya hingga berkibar-kibar, merasuki dirinya yang gulana. Jauh dalam hatinya ia berdoa semoga saudara dan sahabat tercintanya bahagia…

Done, June 8th, 2008

picture taken from http://www.firstloveky.us/

Thanks to Jhon Grisham, Suzanne Brockmann, Donna William and another books for accompany me along those blue days.

Thanks to Ibu, for mother and daughter’s conversation a few days ago. Thanks for hugging me, hearing me eventhought I did something terrible…

Tuesday, June 3, 2008

UNTUK SUKRI GITARIS AMATIR : KETIKA CINTAMU MENYUSAHKAN


taken from : http://mihasa.punt.nl/

Cinta itu memang buta, Kri. Membutakan mata dan hati yang kau punya ( dan aku menangisinya)

Apa itu cinta, Kri? Apakah hanya sekedar kecupan dan belaian yang terangkum lewat kehangatan jemari lentik, bibir ranum, suara lembut memanja (yang sesungguhnya mengintimidasi jiwa) ditengah harum wangi tubuhnya yang menguar? Itukah cinta? (dan aku menangisinya)

Apa itu cinta, Kri? Jika benar cinta itu pengorbanan, hati siapa sesungguhnya yang kau korbankan? Rasa cinta mana yang tega kau siakan demi sepotong cinta yang datang belakangan? Hitunglah, berapa puluh tahun dalam usiamu itu engkau mendapatkan cinta ayah bunda! Hitunglah berapa banyak yang ia berikan dibanding apa yang mereka berikan?! (dan aku menangisinya)

Apa itu cinta, Kri? Jika benar cinta itu seolah lilin yang rela terbakar demi memberi terang, maka kesia-siaan mana yang mau kau ajukan jika kau abaikan cinta orang-orang tersayang?! Orang-orang yang menangisimu kala kamu sakit, berdiri dibelakangmu kala kamu membutuhkan back up, menyodorkan bahu saat kamu butuh bersandar, yang berkata padamu ‘apa kamu baik-baik saja? Sudah makan? Sholat yang rajin ya…’ (dan aku menangisinya)

Apa itu cinta, Kri? Jika benar cinta itu menghangatkan, maka kali ini kau telah menebarkan badai salju sebelum musim semi berakhir. Kau tusukkan dingin itu tanpa perasaan pada orang-orang yang menyayangimu sepanjang hidupmu. (Dan aku menangisinya)

Katakan padaku, Kri, apa itu cinta? Jika benar cinta itu harusnya menyembuhkan, maka apa yang kau lakukan sekarang justru sebaliknya. Kau buat semua orang kesakitan, terganggu perasaannya, demi kebahagiaan yang kau inginkan dari sepotong cintanya. (dan aku tak rela karenanya)

Katakan padaku, Kri, apa itu cinta? Jika benar cinta itu seharusnya memberi jembatan, kau justru telah menggali jurang yang dalam.(Dan aku tak mengerti mengapa kau melakukannya)

Mana, mana itu gitar kesayanganmu? Ingin saja kupukul pantatmu dengan gitar itu.

Sungguh cinta telah membuatmu lemah, kehilangan jati diri dan menye-menye karena sebuah kerinduan.

Sebagai sahabat dan saudara aku telah kehilanganmu, bukan saja perlahan tapi secara keseluruhan (dan aku menangisinya semalaman).

Jika kau percaya ia adalah teman terbaikmu, harusnya ia bisa mengobati jiwamu yang sakit itu, bukan malah menyiramnya dengan minyak hingga kamu kebakaran. Lihatlah semua dari sudut pandang yang berbeda, Kri, dan kamu akan temukan satu sisi yang menenangkan.

Cobalah renungkan ini, Kri, renungan tanggal 15 November dari bukunya Anand Krishna ini ;

15 November

Kacamatamu menggunakan lensa berwarna dan lewat lensa itu kamu melihat dunia. Perbaikilah penglihatanmu dan semuanya akan menjadi baik. Ubahlah dirimu dan dunia akan berubah

(Sri Sathya Sai Baba)

taken from Renungan Harian " Penunjang Meditasi" (Anand Krishna hal 372)

Entahlah Kri, entahlah. Mungkin inilah cara Allah menunjukkan padaku agar aku belajar ikhlas sebagai saudara dan sahabat …belajar ikhlas dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang kejernihan. Ikhlas jika perkataan yang kudengungkan hanya kau dengar tak kau jadikan pertimbangan.

Ikhlas bahwa ada kalanya aka harus diam dan mendoakanmu dari kejauhan untuk meniti jembatan rapuh yang acap kali goyang-goyang ketika kau melintas.

Jangan pikir aku membencimu dalam kata-kataku yang sekeras itu. Aku menyayangimu, sangat…sangat menyayangimu. Tapi maafkan aku jika aku tak memberi dukungan padamu kali ini. Maafkan aku karena berseberangan denganmu inginmu kali.

Betapa kejadian kali ini mengajarkanku akan sesuatu, Kri, menyayangi itu jangan mengharapkan sesuatu. Sekaligus belajar menyadari dalam situasi begini kemarahan yang meluap hanya akan mendatangkan kedengkian. " Sungguh hebat Allah menempatkan kedengkian itu, Ia sungguh adil, berawal dari pertemanan (in case persaudaraan) lalu membunuhmu," itulah yang kubaca dalam La Tahzan. Entahlah, Kri...entahlah. Tiba-tiba saja sesuatu seolah mengingatkan padaku, jika ini terjadi padaku mampukah aku berpikir dengan seluruh kejernihan hati dan pikiran? Tiba-tiba saja aku seolah diingatkan, betapa beratnya mencintai manusia itu.

Dalam tangis, susah dan sedihku untuk saudara dan sahabat tercintaku (semoga saja kita bisa sekuat Ikal dan Arai-nya Andrea Hirata)

Thanks to Renungan Harian (Anand Krishna), Ipang BIP’s Songs, Ketika Cinta Bertasbih, La Tahzan,Andrea Hirata