Tuesday, June 29, 2010

CATATAN SEORANG RELAWAN



Setahun lalu…

Melihat berita pemboman Israel di Gaza lewat televisi itu hatiku tercabik. Keprihatinan yang dalam mendorongku untuk mendaftarkan diri menjadi relawan medis disana. Istri, mertua dan orang tuaku melarang. Bukan apa-apa, tapi itu daerah perang. Jika nyawa melayang siapa yang akan menanggung. Tapi tekad sudah bulat. Mereka memerlukan bantuan. Dan aku punya kemampuan. Selaku dokter spesialis orthopedi kurasa keahlianku dibutuhkan.

Hari-hari sebelum keberangkatan adalah hari terberat untukku. Istriku menangisiku. Anak-anak tak mau lepas dari pelukanku. Mertua dan orang tuaku turut pula menghalangi langkahku. Kenapa aku harus kesana sementara menurut mereka di Indonesia masih banyak orang yang membutuhkan bantuan? Tanya mereka. Biarlah badan resmi pemerintah saja yang melakukan, bukan kamu yang tak tahu apa-apa soal menolong orang di medan perang.

Benar apa yang mereka katakan. Jangankan di Palestina, disini saja masih banyak orang yang membutuhkan bantuan. Tapi jika dipikirkan lebih dalam mereka-lah sekarang yang lebih membutuhkan bantuan. Begitu banyak korban perang membutuhkan penanganan sedangkan tenaga dokter dan obat-obatan kurang. Lagipula jika menunggu pemerintah saja yang melakukan, apakah tidak terlambat nanti? Kataku tenang.

Wajah-wajah tak puas milik istri, mertua, dan orang tuaku menjadi jawaban. Mereka tetap tak menyetujui niatku pergi mengikuti misi kemanusiaan. Namun entah bagaimana sehari sebelum kami terbang ke Mesir istriku akhirnya luluh juga. Ia mengikhlaskanku pergi dengan berurai air mata. Doa-doa keselamatan ia panjatkan. Begitu juga dengan mertua dan orang tuaku yang saling bertangisan.

Setibanya kami di Mesir, aku dan kawan-kawan serombongan relawan medis dari Indonesia tak bisa segera memasuki perbatasan Palestina. Kami tertahan di Kairo seminggu lebih. Selain karena gentingnya keadaan di Palestina akibat serangan Israel yang membabi buta, urusan surat-menyurat yang kami butuhkan untuk memasuki wilayah Rafah juga belum usai. Ketika akhirnya kami bisa berangkat ke sana, tak serta merta pintu perbatasan Rafah dibuka untuk kami. Prosedur pemeriksaan yang panjang, berbelit, dan membosankan tetap berlaku meski jelas-jelas kami sudah mengantongi izin dari Kementrian Luar Negeri dan Amnu El Daulah atau State Security Mesir. Tentu saja hal ini menyulitkan, bukan hanya bagi kami, tapi juga semua warga asing lainnya yang datang membawa bantuan kemanusiaan.

Sewaktu aparat keamanan di pintu perbatasan Mesir membolehkan kami memasuki Rafah sebuah bom berdaya ledak besar diluncurkan dari pesawat-pesawat tempur Israel. Sekejap saja suaranya yang menggelegar membuat hati saya gemetar, gentar memikirkan andai bom itu nyasar salah satu dari kami, terlebih aku. Tak bisa kubayangkan bagaimana sedihnya anak istriku bila ayahnya pulang tinggal nama, batinku getir.

Seolah tahu apa yang kurasakan, Bang Anas yang sudah berpengalaman bertugas di wilayah konflik semacam ini mendekat. Tepukan di bahu dan senyumannya menenangkan. Mengingatkan aku yang baru pertama ikut misi kemanusian semacam ini pada tujuan utama kami, yaitu ikhlas menolong sesama walau bagaimanapun keadaannya. Aku mengangguk kecil sembari berkata pada diriku sendiri untuk berani. Bukankah sebelum berangkat dulu kami sudah diberi briefing apa yang bisa terjadi jika memasuki daerah semacam ini. Maka dengan basmallah aku menegakkan diri. Mengusir takut dan bergerak maju mengikuti jejak Bang Anas, Bang Yusron, dan Ali.

Setibanya disana pemandangan yang kami saksikan di televisi bisa kami lihat sendiri. Rakyat tak berdosa menderita karena pasokan air dan listrik berhenti sejak pecah perang dengan Israel tanggal 27 Desember 2008. Bahan pangan sulit di dapatkan. Acap kami temukan rakyat mengais di antara puing-puing, mengambil apa saja yang masih tersisa, yang masih bisa dimakan oleh mereka. Walaupun bantuan kemanusian akhirnya diperbolehkan masuk melalui Rafah, jumlahnya masih kurang. Itupun hanya bisa beberapa jam dari pagi hingga jam sebelas siang, saat pesawat tempur Israel tak melakukan manuvernya di udara. Yang lebih menyedihkan lagi saat itu musim dingin tengah tiba. Bahkan bisa nol derajat malam harinya. Jadi bisa dibayangkan betapa sulit kehidupan mereka menjalani hari-hari di tengah kecamuk perang dan balutan musim yang tak bersahabat.

Di rumah sakit Asy Syifa tempat kami bertugas keadaan tak kurang menyedihkan. Menurut cerita dokter-dokter kematian mengintai setiap hari. Tak ada yang bisa sembunyi. Tiap hari pesawat pembom dan tank-tank Israel membombardir Gaza. Menjadikan korban kian menumpuk dan tak tertangani. Bahkan banyak pasien yang mati di ranjangnya sendiri akibat obat-obatan tak mencukupi.

Mendengar kisah ini, aku mengelus dada dan bersyukur telah hidup di Indonesia. Hingga tak perlu mengalami penderitaan seperti mereka, terusir, tertindas, dan sengsara di tanah kelahirannya.

Tak berlama-lama larut dalam cerita-cerita menyedihkan itu kami segera terjun membantu dokter-dokter disana mengurus korban-korban perang yang terus berjatuhan. Pasien pertamaku hari itu adalah seorang bocah 11 tahun bernama Abdullah Saad yang harus diamputasi sebelah kakinya akibat terkena bom. Anak yang hebat karena ia cukup tabah menerima kenyataan. Ia bahkan tersenyum dan memohon agar ibunya jangan menangisi keadaannya lagi. Aku tercenung mendengar perkataannya sementara sang ibu kian tergugu disisi sebelah kiri ranjangnya.

Pasien setelahnya adalah Umar, seorang pemuda umur 24 tahun. Dagingnya tercabik dari betis hingga paha. Harus berjuang keras menyelamatkannya. Syukurlah, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saat kami perkirakan ia tak akan bisa bertahan melampaui masa kritisnya, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Ia bertahan dan siuman. Saat ia cukup kuat untuk bercerita, ia berkata bila ia masih sempat lari ke rumah sakit Asy Syifa walaupun luka parah semacam ini. Subhanallah! Maha Besar Allah. Batinku dalam hati.

Pasien-pasien lain yang tiba seringkali tak bisa diselamatkan lagi. Luka bakar yang parah dari kulit hingga tulang-lah yang menjadi penyebabnya. Ini mengherankan. Sebab hanya bom yang mengandung fosfor putih-lah yang bisa mengakibatkan luka sedemikian rupa. Bukti lain yang menguatkan kami adalah efek kehancuran pada bangunan-bangunan yang terkena hantaman bom Israel. Semua hancur, rata dengan tanah. Tak ada yang tegak. Kami benar-benar tak habis pikir, bagaimana mungkin mereka bisa menggunakannya? Bukankah sudah ada ketentuan dari PBB tentang pelarangan menggunakan bahan ini sejak lama? Betapa keinginan untuk meraih kemenangan rupanya telah membutakan mata hati mereka, hingga menghalalkan segala cara.

Yang mengagumkan, di saat menyedihkan seperti ini keramahan rakyat Palestina tak berkurang. Pernah suatu hari kami berkunjung ke rumah salah satu pasien yang kami tangani, kami disambut hangat sekali. Bak sudah kenal jauh-jauh hari sebelumnya meski baru sekali ketemu. Bahkan penghormatan kepada tamu pun tak berkurang meski mereka tengah mengalami kesulitan. Terbukti dari hidangan-hidangan, kue-kue, dan minuman yang mereka hidangkan. Kami, terutama aku jadi malu sendiri. Berkelebat pikiran di kepala, apakah aku akan melakukan hal yang sama bila berada di posisi mereka. Atau justru tak peduli. Toh sedang mengalami penderitaan ini.

Ketika sang kepala keluarga bercerita bagaimana ketiga anak lelakinya gugur sebagai pejuang Palestina, tak sedikitpun raut penyesalan muncul di sana. Mereka menyatakan betapa bangganya memiliki tiga anak yang gugur demi melawan kedzaliman Israel.

Di hari lain, kutemui seorang ibu yang tak sekalipun meneteskan air mata melihat anak pertamanya meregang nyawa di Asy Syifa. Padahal di seminggu sebelumnya ia telah kehilangan putri bungsu dan suaminya. Kemana tangis itu? Tanyaku penasaran. Sewaktu aku nekat bertanya bagaimana perasaannya dengan gamblang ia berkata ,” Tentu saja aku sedih. Tapi aku ikhlas menerimanya. Sebab semua ini Allah yang punya.”

Ikhlas menerima karena semua Allah yang punya? Ulangku dalam hati. Jadi inikah jawaban kenapa banyak orang di Gaza kulihat masih bisa tersenyum walau duka terus mengikuti?

Sayang karena kian gentingnya keadaan, baru dua mingguan melakukan tugas kemanusian, kami harus hengkang dari Palestina. Sewaktu kami bergerak meninggalkan Gaza dan mendekati Rafah tak kurang dari tiga kali bunyi sirine terdengar mengiringi perjalanan kami. Sirine itu setahu kami adalah tanda bahaya, peringatan bagi warga agar menjauhi wilayah perbatasan sebab pesawat intai Israel sedang terbang dan melakukan pengindera awal untuk menyerang Palestina. Benar saja, tak berapa lama bom-bom dijatuhkan. Menghadirkan asap serupa cendawan besar di angkasa raya, setelah hunjamannya melukai bumi Palestina.

Sebulan, sekembalinya aku dari Palestina aku mendapatkan email dari seorang rekan dokter disana yang menceritakan bagaimana keadaan Palestina sepeninggal kami. Rupanya keadaan Palestina tak kunjung membaik. Bahkan lebih buruk karena bom-bom Israel semakin intens menyerang negeri mereka. Subhanallah, desisku sendiri.

Kini setahun sudah berlalu, peristiwa yang kualami di Palestina takkan bisa kulupakan. Banyak hal membekas dan merubah pandanganku selaku dokter spesialis orthopedi. Jika dulu motivasiku mengambil spesialisasi ini karena orientasi uang, perlahan tujuan itu terbelokkan kearah kemanusiaan. Rupanya hal itu tak luput dari pengamatan orang. Termasuk salah seorang rekan sekerja yang mempertanyakan,

“ Apa kau tak lelah dirimu menjalani semua? Bukankah tugas kemanusiaan itu tak menghasilkan profit bagimu?”

Aku tersenyum membalas tanyanya. Iya, kau benar kawan. Tugas kemanusiaan itu memang tak menghasilkan keuntungan. Kadang-kadang aku harus merogoh kocek sendiri untuk itu. Tapi aku percaya, seperti efek sebuah gema, hal-hal kecil yang kulakukan selama jadi relawan di wilayah manapun akan menumbuhkan kebaikan-kebaikan.


pic taken from www.cybermq.com

Saturday, June 26, 2010

July 4th Fireworks Wallpapers, Fourth July Firework Show

Watch the beautiful scene of firework art done on the 4th of July to mark the biggest holiday of USA celebrating its anniversary of Independence Day. Laser show, Macy's fireworks, lady liberty fireworks are part of some exclusive celebration points in America where people gather to watch black night sky getting colorful, glittering and sparkling with the fireworks. Some of the real scenes and pictures are displayed here in these July 4th Fireworks Wallpapers for free.
July 4th Fireworks Wallpapers4th july fireworks picturesFirework Celebration of Fourth Of JulyJuly 4th Independence Day Fireworks

Fourth of July Desktop Wallpapers, 4th of July Desktop Backgrounds

Explore this new variety of American Independence Day Wallpapers to decorate your desktop screen expressing love for national US flag, eagle, statue of Liberty and other things as displayed in below displayed Fourth of July Desktop Wallpapers putting forward your love sentiments to be an American and enjoying every moment of this holiday celebrating freedom of USA on 4th of July.
american independence day desktop wallpaperFourth of July Desktop Wallpapers4th of july wallpaper for desktop

4th of July Independence Day Wallpapers, USA Independence Day

USA celebrates its Independence Day everyone on 4th of July to celebrate their freedom in the year 1776. Recall the brave victory leading independence of America by flying the national flag of US and celebrating the holiday in a national way honoring country. Exchange these 4th of July Independence Day Wallpapers to spread this message to everyone.
USA Independence DayIndependence Day of America
independence day 4th of july wallpapers4th of July Independence Day Wallpapers

Fourth of July Wallpapers, Free 4th of July Wallpapers

Fourth of July is an important event in the history of America celebrated as Independence Day of the nation. So, be part of this Patriotic holiday of United States of America by setting these Fourth of July Wallpapers and exchanging with others to create voice of nation where every US citizen participate in watching parade, flag flying and other carnations. Every year U.S observed holiday on 4th July.Free 4th of July Wallpapers
Fourth of July WallpapersFourth of July Carnation Flowers and Flag Wallpaper

Thursday, June 24, 2010

I Miss You Desktop Wallpapers, I Miss You Pictures, I Miss You Photos

Love is in the air with emotions tugging at the heartstrings. If your love is not attributed with proper expressions then it will never render the cry of your soul. There are various ways; people can put forward their feelings to their loved ones. Here is the collection of the most inspiration I Miss You Wallpaper and Photos and few of those selected and most amazing I Miss You Desktop Wallpapers, I Miss You Photo Collection, and I Miss You Pictures.

Monday, June 21, 2010

Free I Love You Greeting Cards, Beautiful I Love You Ecards, E-Greeting Cards

Today Love is the important word in life, Love needs no description or definition, but it definitely needs expressions and poetry is the best form of expression. Love protects; preserves and hopes for the positive aspect of life. True Love is the nature of bliss. Make your love more beautiful and romantic including some large collection of Free I Love You Greeting Cards, Beautiful I Love You Ecards and E-Greeting Cards.

Friday, June 18, 2010

ANAK SAYA YANG PEREMPUAN

Anak saya yang perempuan, umurnya sudah tiga puluh sekarang. Betah betul melajang, bikin hati saya empot-empotan. Mikir siang malam, apa jadinya kalau ia terus menerus sendirian. Apa dia ndak ngerti kalau kawin punya anak lewat tiga puluh itu beresiko tinggi? Bukan hanya itu, kalau terlalu tua saat punya anak itu ndak enak. Bayangkan disaat anak-anak masih memerlukan biaya besar, kita sudah loyo. Tak bertenaga untuk mencari uang. Repot kan?

Tapi dianya ringan. Tiap kali saya menyinggung perkara itu jawabannya enteng saja. Nanti juga ketemu.
Kapan?
Entahlah.
Ibu kan keburu tua. Kalau mati gimana?
Eh dia malah berkata ,” Lha kalau saya dulu yang mati?”
Skak mat! Saya ndak bisa omong. Hanya menghela nafas panjang dan membiarkannya melenggang.
Tulilut! Tulilut!
Itu hape anak perempuan saya. Nampaknya ia tak berkenan. Sambil mendecak malas ia biarkan sms itu berlalu tanpa balasan.
“ Dari siapa kak?” saya berharap yang sms itu-pria.
“ Orang kantor. Males deh. Lagi cuti juga ada aja yang nelfon kemari.”
Oh. Bukan dari seorang pria? Yang barangkali menaksirmu atau apa? Bukan ya? Padahal saya mengharapkannya.
Kemarin dulu ia bercerita ada yang naksir dengannya, tapi anak perempuan saya biasa aja. Kenapa enggak? Kata saya. Dia nyengir saja.

Anak ini memang angelan alias susah dari sononya. Sejak kecil ia punya pikiran sendiri tentang banyak hal. Tidak akan bergeming jika bukan karena dirinya sendiri yang menyuruh. Cenderung keras kepala. Mirip Bapaknya. Bapaknya saja sampai geleng kepala.
Dulu jaman dia kecil, dia paling males dipita-pita. Padahal saya senang melihatnya. Lucu. Sedang ia lebih suka membiarkan rambut ikalnya tergerai begitu saja. Lepas, melintir-melintir melewati kepala kecilnya. Percayalah, butuh waktu dan debat seru hanya untuk melihatnya memakai pita-pita itu.
Saat usianya menginjak remaja, disaat anak-anak sebayanya sedang senang-senangnya ngecengin cowok-cowok sebayanya ia cuek saja. Iseng saya tanya-kenapa? Dia bilang dia nggak bisa pura-pura dan bermanis muka biar mereka terpesona. Suruh saja baca tiga buku tebal ketimbang ikutan heboh begitu. Anehnya ia selalu kebagian curhat teman-teman perempuannya, mulai dari bahagia sampai patah hatinya. Jika begitu ia akan sediakan telinganya untuk mendengar dan memberi komentar. Seperti seorang pakar.

Ah sok tahu, kamu. Kamu nggak pernah pacaran kok ngasih tahu orang? Kata saya waktu itu sambil bercanda.
Ngasih tahu orang kan harus dari pengalaman pribadi. Dari buku, dari cerita teman kan bisa. Sahutnya.
Waktu masuk kuliah juga. Ia emoh diatur-atur harus masuk fakultas mana. Semua sesuai kemauannya. Keinginannya. Padahal saya ingin ia masuk kedokteran. Dan apa jawabannya? Ia bilang ,” Sayalah yang paling tahu seberapa besar seberapa kapasitas saya.”
Sekarang perkara jodoh sama juga. Ia lempeng saja meski sudah banyak orang yang mengenalkannya dengan pria-pria baik. Saya jadi gemas. Apa sih maunya nih anak? Masa dari sekian banyak itu ndak ada juga yang nyantol sih?!

Tulilut! Tulililuuut!
Ponsel saya berteriak kencang. Dari anak kedua saya rupanya. Riang saya menyapa. Menanyakan keadannya di Kalimantan. Ia bilang sehat dan tenang. Semua baik-baik saja. Saya jadi lega. Tapi langsung berdebar ketika ia berkata ingin saya melamarkan seorang gadis untuknya. Deg! Kakaknya-anak perempuan saya itu bagaimana? Ia bahkan tak terlihat menggandeng siapa pun. Masa iya dia harus dilangkahi adiknya. Saya resah selepasnya
“ Kak…” lembut saya menyapanya.
“ Hm…” ia asyik menatap layar komputer. Tangannya sibuk ketak-ketik.
“ Adik minta dilamarin gadis.”
“ Ya lamar aja.”
“ Kakak gimana?”
Ia hentikan ketukan diatas tuts keyboardnya. Ia memandang saya. “ Gimana piye to, Bu?”
“ Mbok Kakak itu cepet cari sana. Kan ndak enak dilangkahi adik.”
Anak perempuan saya garuk-garuk kepala. “ Nyari itu ya dimana sih, Bu?”
“ Kan banyak tuh…”

Dia nyengir. “ Masa iya nyari pria hanya biar nggak dilangkahi adiknya. Masa iya mencari pria hanya berasalasan bosan diomongin orang karena seusiaku masih betah melajang. Nikah kan gak cuma perkara penyatuan dua badan untuk menghasilkan keturunan. Lebih dari itu kan, Bunda? Nikah itu tanggung jawab luar biasa. Pada Tuhan, pada keluarga, pada anak-anak saya, pada suami saya, juga diri saya. Saya tak ingin menjadikan seorang pria kesempatan buat saya untuk menghindarkan diri dari cibiran orang. Lantas bubaran sebelum setahun pernikahan dengan alasan ketidakcocokan. Doakan saya, Bu, insyaallah nanti pasti ketemu. Yang baik, yang seru, yang sayang sama Bapak itu, tapi juga punya jiwa petualang seperti di gambar itu,” ucapnya santai sambil menunjuk salah gambar pada lembar mimpinya.

Kalau tidak ketemu? Saya jadi ingin menangis.
“ Optimis. Jangan mikir negatif. Biar Tuhan juga yakin kalo mo ngasih.”
Saya diam. Menatap anak perempuan saya dengan perasaan campur aduk. Anak perempuan saya-usianya sudah tiga puluh sekarang. Bukan lagi gadis lima tahunan. Sudah dewasa dan punya pikiran sendiri akan banyak hal. Kurasa ia benar saat berkata sebaiknya saya mendukungnya dari belakang. Berpikir positif dan mendoakannya. Tetapi salahkah saya jika berharap ia segera menemukan jodohnya di usianya sekarang? Dan menghidangkan harapan itu setiap kali kami berbincang? Terdengar memaksakah jika demikian? Entahlah.
Saya menghela nafas. Menatap anak perempuan saya sambil berdoa pada Tuhan.

* thanks to Three Miss Kenthir

:)

Thursday, June 17, 2010

Beautiful I Love You Wallpapers, Free I Love You Photos, Pictures, Images

Love is really a great emotion and someone have to do love in life for once because its a great time of your life. Love is like war, Easy to begin but hard to end. Love is the best medicine, and there is more than enough to go around once you open your heart. True Love is the nature of bliss. Love You Wallpapers, I love you Photos & i love you Pictures are always very popular on internet. Here are few of those Beautiful I Love You Wallpapers and Free I Love You Photos for your loved one.Get and send it to your lovers for a great feeling of your love and emotion.


Tuesday, June 15, 2010

Free Fathers Day Wallpapers, Fathers Day 2010 Pictures, Fathers Day Photos

Father's Day is a day honoring fathers and celebrating fatherhood and the influence of fathers in society. It is celebrated on the third Sunday of June every year. Fathers Day is celebrated on the 3rd Sunday of June in 55 countries and on other days elsewhere. On Father's Day children gives gifts to their fathers and celebrate this day with great joy and gives father a memorable day in a year. It is celebrated on a variety of dates worldwide and typically involves gift-giving, special dinners to fathers, and family-oriented activities. Here you can see special Free Fathers Day Wallpapers, Fathers Day 2010 Pictures, and Fathers Day Photos.