Thursday, February 25, 2010
NOVEMBER RAIN
November rain, November rain
Something has missing
My heart has stolen by him
But he wasn’t feel the same
November rain, November rain
What should I do to kill the pain
Should I run to catch the wind?
Then ask it to blow my blue feelin’
November rain, November rain
Help me to forget him
Erase him on my mind
As if I never knew him
25 February 2010, 06:08
Thanks to Jera (Agnes Monica), Kekasih Sejati (written by Yovie Widianto)
Ihaaa! Tadinya pengen bikin flash fiction tapi kok berubah jadi puisi?
Gak betul ini, tapi udah jadi. So flash fictionnya besok lagi.
Dedicated to you, just you...
Bercanda ding...ini buat semua orang, yang dibaca pas lagi senang. Jangan pas lagi patah arang, ditinggal pacar, dan segala sesuatu yang berhubungan...biar nggak ngeluarin mata air eh air mata tiga hari tiga malam lamanya. Capek tauuu...Big hug for you ya!
pic taken from http://www.belindapeters.com/
Saturday, February 20, 2010
Holi Special Wallpapers, Holi Special Pictures
Holi Desktop Wallpapers, Holi Desktop Backgrounds
Holi Colors Wallpaper, Holi - The Festival of Colors Pictures
Radha Krishna Holi Wallpapers, Lord Krishna Radhika Holi Pictures
Free Holi Wallpapers, 2010 Free Holi Wallpapers
Wednesday, February 17, 2010
READING ABOUT SURFING
But I push my self to read english literature since i have a purpose to continue my old story. It was about surfer girl.
And you know what, i laugh after read surfing handbook. OH MY GOD! I dont know the meaning exactly. I dont understand a lot of words, guys? So i just guess what's the meaning!
Huahahaha. But its ok. I think i should go forward, and never stop to do it. This handbook
gives me a good lesson actually. And what about you? Is your english better now? Or worst?
*kalo ada salah tulis, kesalahan bukan pada mata anda tapi kekurangan saya
Sunday, February 14, 2010
BUKAN SUAMI SESEORANG-DAMN VALENTINE!! part 1
KEA
Dua hari yang lalu….
Hari berhujan ketika aku datang ke Pengadilan Agama. Kulihat di depan ruang sidang Lea datang diantar oleh ayah dan adiknya, mengenakan baju hitam berenda kesayangannya. Kerudung hitam berenda ia sampirkan, sementara matanya ditutupi kacamata hitam lebar. Sekilas kami berpandangan, bibirnya membuka seolah hendak berkata tetapi aku justru memalingkan pandang kearah lantai warna terakota di bawah sepatuku.
Sejurus kemudian kami memasuki ruang sidang. Dengan segala bla-bla-bla dan kebosanan aku berharap sidang cepat diakhirkan. Lalu detik-detik menentukan pun datang. Ketukan palu Hakim terdengar, satu tanda bahwa aku dan Lea telah syah berpisah di tengah jalan, satu hal yang tak pernah kuimpikan sejak awal pernikahan.
Semua berawal di bulan keenam pernikahan kami sewaktu selentingan tengan perselingkuhannya mula kudengar. Rasa marah yang menggelegak akibat berita itu benar-benar menyiksa perasaan. Tetapi logika sehatku masih berjalan. Aku harus punya buktinya dulu sebelum menuduh seseorang melakukan kesalahan, sebab jika tidak berarti kau telah termakan omongan tak benar dan mempertaruhkan pernikahanku yang selama ini tenang. Entah bagaimana bukti itu datang dengan sendirinya tanpa aku harus bersusah-susah mematai-matainya. aku ingat hari itu aku pulang lebih cepat dari jadwal tugasku di Banyuwangi hanya untuk memberikan surprise di ulang tahunnya yang ke-26. Jam 12 tepat, saat orang-orang kantoran istirahat aku tiba di bank tempat istriku bekerja untuk menjemput dan mengajaknya makan siang. Sayang kata satpam Bu Lea sudah keluar
Maka dengan sedikit kecewa akhirnya aku melesat ke kantor subdist Jember. Berbincang sebentar dengan Arika, adminku, tentang beberapa hal yang berkenaan dengan program serbu pasar yang minggu depan akan dilaksanakan. Dari
“ Hallo?” aku berusaha tetap tenang saat menelfon Lea, walau pun badai tengah bergolak di dada. “ Lagi istirahat, Cantik?”
“ Hallo? Eh, iya Mas.”
“ Makan siang dimana?”
Ia sebutkan satu tempat di dekat kantornya. Aku menggeleng pelan. Kau tak disana. Kau sedang di Food Court dengan seorang pria yang mengelus pipimu dengan mata penuh cinta, geramku. Malam itu setelah seharian berusaha menenangkan perasaan aku mengajak Lea ke restoran Terapung. Berbicara kesana kemari sambil menikmati hidangan lezat tanpa ia tahu kecamuk amarah di dalam. Ia terlihat gembira saat aku mengeluarkan cincin berlian yang ia idam-didamkan. Sampai di rumah percakapan menyenangkan itu terus berlangsung, sebelum akhirnya aku bertanya siapa pria yang kulihat bersamanya saat makan siang.
Wajah Lea memucat. Tapi sebentar kemudian ia telah menguasai keadaan. “ ah, Papa ini ada aja ngelindur. Aku tadi
“ Benarkah? Karena aku tadi di belakangmu waktu kamu makan siang di Food Court-nya Mentari Supermarket.”
Mendengar itu ia membeku. Tak bisa mengelak. Tak bisa berkata. Ia memohon maaf karena telah melakukannya. Ia berkata semua itu dilakukannya karena ia kesepian. Ia butuh teman, sedangkan aku lebih sibuk dengan pekerjaanku bahkan saat kami tengah berdua di rumah. Lalu pria itu datang, asyik diajak berbincang tentang apa saja dan pendengar yang baik pula. Tak seperti diriku yang terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Ia juga berkata hubungannya hanya sebatas bicara, tak berselingkuh secara seksual.
Sepanjang malam itu kami berpisah. Ia tidur di kamar utama dan aku di kamar satunya. Menghabiskan waktu mengutak-atik kerjaan yang sebenarnya tak perlu kukerjakan sekarang. Sepanjang malam itu aku merenung, apa yang semestinya kulakukan. Sambil menangis kuceritakan semua pada Tuhan segala kegundahan. Dan jawaban itu dikirimkan tuhan melalui artikel yang kubaca di salah satu situs yang kubaca selepas sholat malam. Maafkan dan lakukan perubahan! Perhatikan istrimu dan jadilah teman, jangan biarkan ia temukan orang lain sebagai tempatnya bersandar.
Maka sejak itu hubungan kami pun membaik. Tak seperti dulu aku jadi lebih sering menelfonnya, mengajak makan siang jika aku tengah pulang ke
Aku merasa bodoh sekali saat itu. Kenapa aku tidak bisa seperti Kris, Hendra atau Didon yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk bersenang-senang dengan banyak perempuan. Bukankah aku sendiri punya banyak kesempatan? Selama ini banyak sekali perempuan yang mengirimiku sinyal ketertarikan, bahkan mau saja kalau sekedar diajak ‘bobo-bobo siang’ tanpa kelanjutan. Lihat sekarang! Kesetianmu tak dihargai oleh istrimu yang telah bersumpah setia dan berjanji untuk tak mengulangi kesalahannya yang lalu.
Mengingatnya kebencianku pada Lea menaiki derajat tertinggi di kepala. Kali itu aku tak memberinya ampun. Ucapan maaf dan bahkan ajakan bercinta yang selama ini selalu bisa meredakan amarahku padanya tak kugubris. Keputusan berat kupaparkan, bahwa aku ingin berpisah saja sekarang. Lea terdiam dengan air mata yang menetes pelan. Sebulan kemudian setelah bolak-balik berpikir baik dan buruknya, akhirnya aku menyerahkan Lea kembali pada orang tuanya. Menyatakan bahwa aku tak sanggup lagi menjadi imam bagi putrinya setelah dua kali ia berselingkuh di belakangku. Mata ayah Lea nampak berkaca-kaca, terlihat marah tetapi tak bisa berbuat apa-apa.
Setelah itu aku melayangkan gugatan cerai. Di sidang pertama, yang isinya mediasi, Lea berkata tak ingin berpisah denganku. Ia masih cinta dan sayang padaku. Damn! Bisa-bisanya kau katakan itu! Seharusnya kau memikirkan itu sebelum menduakan hatimu dengan orang lain. Sidang berjalan tak semulus yang kukira, sebab Lea tak bergeming dengan keinginannya untuk tak berpisah denganku sementara aku sudah jelas ingin berpisah.
Dan sekarang inilah aku…Dua hari menjelang hari kasih sayang aku bukan lagi suami dari seseorang, aku kembali lajang. Dan ketukan palu tadi yang mensyahkan. Seharusnya aku senang, karena sidang perceraian yang menyedihkan telah berakhir sekarang. Tetapi kenapa rasanya tetap menyakitkan, remuk redam seperti dilindas truk jeruk yang lewat disebelahku barusan. Sialan! Umpatku tak tahan tepat ketika Kotak mengalunkan lagunya lewar radio mobilku,
Lepaskanlah ikatanmu dengan aku
Biar kamu senang
Bila berat melupakan aku
Pelan-pelan saja…
(Kotak: Pelan-Pelan Saja)
Inspired by the people said ,” selingkuh itu sial (an)!”
Thanks to : Kotak (Aku masih Cinta, Pelan-pelan saja)
pic : taken from http://thesiriusnetwork.org/Friday, February 12, 2010
HEI, KEMANA PERGINYA SEMANGATKU?
Come on, come to me baby. Help me, please. Kataku pada mereka, tapi yang terdengar malah tawa mengejek dimana-mana. Tak menyerah aku memencet keyboardku. Hanya saja huruf dan kata kian susah ditangkap. Larinya kian cepat, dan aku pontang-panting mengikat mereka erat dalam rangkaian cerita. Usai kejar-mengejar kusadari cerita lucu yang hendak kusampaikan malah berganti dng kalimat panjang, lukisan kepedihan.
Apa yang terjadi padaku, karena engkaukah itu? Samurai yang pergi tanpa tanda, dan membuatku kehilangan keinginan pada setiap tangan yang mengulurkan perhatian. Karena kamukah itu? Hingga aku kehilangan rasa humor dan kegokilanku?
Fuh, dont know what to do
*iseng pas mata berat, susah diangkat, tapi kerjaan still banyak
30 Beautiful Mountain and Canyon Pictures
30 Beautiful Sunset And Sunrise Pictures
30 Beautiful Space Wallpapers
30 Beautiful Stunning Wallpapers
Thursday, February 11, 2010
RINDU MENGAJI
And you know what, aku justru merindukan suasana di tempat mengaji itu sekarang, setelah tidak belajar lagi disitu. Aneh, padahal dulu malah kebalikan. Ditengah ngaji malah pengen pulang merebahkan badan yang kecapekan. Sekarang saat waktu merebahkan badan terbuka lebar eh nyatanya malah bingung cari kegiatan.
Apa kabarnya ya Ustadz? Teman-teman lain juga gimana? Siapa yang masih setia mengaji fiqh, ta'lim dan ilmu lain disitu?
Duh kangen aku...
Friday, February 5, 2010
PEJALAN JAUH PART 9
Tetapi menyaksikanmu bersimpuh di hadapan Tuhan, jauh lebih mengesankan ketimbang berita kesuksesanmu yang sering terdengar. Kau tampak menyatu dan jauh dari kesan sulit dijangkau saat berhadapan dengan Sang Pencipta Alam. Seluruh kesah kau haturkan dalam nada lirih penuh perasaan.
Kau sama sekali tak tampak garang, tapi justru kesan lembutlah yang tersembul jika demikian. Betapa berbedanya engkau kini, Pejalan Jauh. Tak sama lagi seperti lelaki kecil yang kutemui beberapa tahun lalu.
Ingatkah kamu ketika syair-syair patah hati merasukimu. Kau jadi sedemikian sentimentilnya, membuatku tertawa saat melihatnya. Ajaib betul melihatmu selemah itu, kukira kau setegar batu karang. Takkan terhanyut perasaan saat dihempas gelombang kekecewaan.
Dari denting gitar yang kau petik dalam sunyi, aku menangkap sejumput kesan kesedihan namun tak ingin kau tampakkan.
Dan melihatmu sekarang, maka hanya ucapan selamat dari seorang sahabat yang bisa kuhaturkan, serta sepotong doa kecil dari kejauhan. Tak usah pake traktiran, toh aku takkan bisa makan semeja denganmu. Kamu ingat kan siapa aku? Ya, ya, kau benar sobat. Aku adalah seekor pipit kecil yang dulu suka nangkring di pohon dekat kamarmu lalu mencicit membangunkanmu.
Done, 080509; 03:37