Monday, May 21, 2007

CERITA CYLIA : IIGH….

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Saat itu bis penuh sesak,
Ping. Pengap, bau menyengat datang dari mana-mana, bocah-bocah kecil menangis bersahutan ditingkahi suara ayam yang merasa kebebasannya dirampas dalam sebuah tas anyaman daun kelapa.

Aduuh, perut ini sudah bolak-balik mengirim tanda untuk memuntahkan lahar, saat bau kentut menyebar tak terbendung. Semua orang langsung terserang panik, saling tatap dengan curiga, sambil menutup hidung rapat-rapat. Tak terkecuali aku yang terus saja mengumpat. Sapi! Nggak sopan amat! Untunglah, Ping, lama-lama aku terlelap jadi tak terlalu peduli pada sekeliling lagi. Tapi jangan salah sebagai antisipasi kututup hidungku dengan selembar tissue wangi, agar bau-bau asing tak mengusik hidungku, apalagi hingga mengganggu kenyenyakan tidurku.

Tiba-tiba ditengah waktu tidur itu, Ping, aku merasa sebuah benda asing menyentuh-nyentuh sikuku. Mulanya aku cuek saja, kupikir wajar saja bila dalam kondisi sesak seseorang terdorong dan menyenggolku. Namun semakin lama gesekan itu kian menjadi, aku yang tengah bermimpi pun berusaha membuka mata seraya merubah posisi. Tapi apa yang terjadi, Ping…Aku langsung terkejut melihat mimik pria itu. Ia terlihat melek merem saat itunya menggesek lenganku. Anjriit! Kura-kura!! Singa laut!!Daan…

“Jangkrik!!” umpatku mengagetkan seluruh penumpang. Tanpa basa-basi aku langsung mengadu pada kondekturnya sementara pria tadi merah padam karena malu. Sejurus kemudian ia menghilang, Ping, menyembunyikan diri di balik orang-orang lain yang berdiri, meninggalkan aku yang terus waspada pada pergerakan-pergerakan aneh lain. Aduuuh, Ping, sial banget aku hari itu.

Done; 190207, 15.18

PINTA’S DAILY STORY(THE SERIES)

Sunday, May 13, 2007

CERITA SHINA : SAYA, SI GOYANG BIASA SAJA

Saya Shina, kelas dua SMA. Sudah sejak SD saya cari duit dengan bernyanyi, jual suara sana-sini sekedar bantu ortu dan memenuhi kebutuhan sendiri meski gara-gara itu mata bisa jadi bulat hitam kayak panda bila terlalu sering pulang larut malam. Bila sudah begitu biasanya hoaaaheemm…dan pluk! Lemparan kapur nyasar di rambut saya yang ikal. Ya, ya, ya Pak, Bu…sorry, saya pulang telat lagi, karena semalam habis show di hajatan orang.
Oh ya, tanpa perlu basa-basi jenis musik yang bikin saya dapat duit adalah dangdut. Dulu sih saya sempat segan, maklum cengkoknya susah diikuti. Namun lantaran tuntutan pasar, saya pun terbiasa menyanyikannya dan si cengkok pun keluar dengan sendirinya.
Dan seperti khalayak tahu yang namanya dangdut tanpa goyang ya kurang yahud. Maka begitulah tiap kali gendang ditabuh tak tak dut, sontak tubuh pun bergoyang mulai dari lembut malu-malu ala penyanyi baru hingga kencang tak beraturan ala penyanyi lokal kawakan.

Pernah saat turun panggung seorang kawan mencela gaya goyang saya yang nggak heboh-heboh amat. Katanya ,” Aduh, Shin…masa cekak gitu gayamu. Lihat gaya dong si Ayu Darah Biru, Si Meriah Eva, Atau Si Alfi Suka Nyisih yang penuh sensasi. Puter dunia ,Shin, goyang pantatmu. Contek abis mereka punya gaya…semakin heboh semakin deras duit mengalir ke saku.”
Huu!! Makmu itu! Bapakku bisa mati kaku kalau tahu aku begitu, batin saya meski bibir tersenyum ceria.
“Ya ampyuun?! Kenapa siy kalo manggung pake baju ala Teletubbies mulu? Yang seksi dong, Shin, yang pusernya nongol, pundaknya kelihatan, atau yang punggungnya bolong kayak gini ,” olok yang lain atas gaya busana saya yang mereka bilang ‘super sopan’ karena nggak membiarkan satu jendela pun terbuka lebar. Saya nyengir, habis gimana? Kalo bolong selebar itu aku takut jadi sering kerikan gara-gara masuk angin. Waks, bisa-bisa penonton kaget melihat punggungku yang belang-belang hingga berkata ,” Lho, kok ada macan besar dangdutan?”

Yang lebih seru lagi jika mendengar rumor yang berkembang di antara penyanyi, jangan kaget bila tiba-tiba kau dengar kata Anu, Si Goyang Yoyo pake susuk pemikat, si Goyang Kuda Lumping punya ajian entah semar mesem apa semar mendem, sedang Si Goyang Halilintar pake pantat palsu (made in Jerman kah?) untuk memantapkan penampilan. Hah, masa sih? Kok saya enggak ngerti?
“Ah kamu tuh mana ngerti Shin, lah wong yang lain pada nunggu giliran nyanyi dengan ngerumpi kamu malah nggedein liur, “ sambut Ismi menadahi kebengongan saya.
Ooh…saya tengah manggut-manggut sendirian, saat tiba-tiba nama saya dipanggil pembawa acara ,“……..Inilah Shina Paragita…!!”
Saya bangkit seraya mengibaskan baju sedikit. Mereka sudah menunggu aksi saya, Shina yang dijuluki “Si goyang biasa saja” , “Si goyang apa adanya” dan entah apa lagi kata mereka.

saya sang bintang pentas
bekerja bila malam tiba
malam kujadikan siang
siang berlalu penuh mimpi
dari pentas satu ke pentas yang lain
aku nyanyikan suara hati….

Hehehe suara hati? Tidak saya hanya bernyanyi bukan suara hati, batin saya sambil menyapu pandangan ke arah penonton yang bergoyang riang. Mendadak hati ini bertanya apakah pada akhirnya saya akan ikut arus untuk bergoyang mana tahan jika (sumpe lo) uang sudah jadi keinginan utama saya. Apa saya akan tetap bergoyang biasa saja jika tepukan dan kilat lampu panggung membutakan mata? Ya malam masih panjang, esok akan ada panggung lain yang akan saya temui. Sampai jumpa esok hari bersama Shina Si Goyang biasa saja…….

Done, 040507; 15:32
Pinta’s daily stories

Tuesday, May 1, 2007

Are you single? Still looking for a great person to lay your head? Truss jadi mumet sendiri karena kerjaanmu juga cuma gitu-gitu aja, nggak naik kemanapun juga? Sementara itu sebuah pertanyaan “ Mo nikah mpe tahun kapan? Lebaran kera?” mampir pula ke telinga? Ugh, pasti deh saat itu kamu cuma bisa nyengir kuda seraya menggenggam erat keinginan nimpuk orang agar tetap terendap di otak. Sudahlah biarkan saja, mereka tidak kejam kok hanya kurang kerjaan (hehehehe….). Karena itulah sebelum “Orkes Sakit Hati” menghasilkan banjir lokal, lebih baik kita jalan-jalan sambil belajar tersenyum lebar seperti ini…..

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

( Sekian menit bersama Mbak Vie di warnet, gara-gara dokter yang ditunggu masih melakukan operasi)

Susahkah tersenyum selebar dan setulus itu saat hati tersiksa? Iya, seolah-olah ada batu yang membebani mulut ini untuk menampakkan sederet gigi dengan cerah bila saat itu tiba. Jika begitu dekat-dekatlah dengan sahabat yang lejitan tawanya menyegarkan hingga kamu tertular untuk ikut larut dalam keceriaanya (kira-kira seperti Mbak Vie yang punya tawa disetiap suasana, ya kan Mbak? : ) )

Bagaimana? Masih susah juga tersenyum? Yuk kita teruskan perjalanan hingga bertemu kawan-kawan seperti Pipin dan Naam yang tetap bisa tertawa meskipun kesusahan berputar disekitarnya. Sebagai anak yatim, Naam terbiasa bekerja untuk menghidupi dirinya dan kebutuhan sekolahnya dengan menjadi penjahit kecil-kecilan. Hal itu dilakukannya agar tak membebani ibunya yang hanya bekerja sebagai tukang prithil brambang* di pasar. Sementara Pipin yang tak bisa meneruskan sekolah usai SD, tidak malu untuk bekerja apa saja demi sedikit rizki. Setiap hari ia bangun sebelum matahari terbit untuk berjualan tempe dan sayuran di pasar.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

(asyik makan gorengan sehabis Rotib (manakib) di Baitul Munir, Naam, Fir dan Pipin khusyu’ menghadapi makanan ditemani para penyamun, ups perawan : ) )

Sudah? Mari kita lanjutkan lagi menemui Nita yang tinggal bersama sang nenek dirumahnya yang sederhana. “ Embah (baca : nenek) kerja jadi tukang prithil brambang di pasar Mbak,” begitu jawabnya saat saya tanya apa kegiatan neneknya sehari-hari.
“Kalau saya kerja apa aja, kan rizki itu datangnya dari mana-mana ,” lanjutnya menjawab pertanyaan saya tentang kerjaannya setelah ia tak lagi bekerja di toko kain di pasar.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

(Nita tengah bengong di depan ceret minumnya)

Masih kurang? Rasanya kita perlu melihat bagaimana Nik yang ‘blind’ menghadapi bocah-bocah kecil yang mengejeknya dengan nakal. “Mbak….Mbak ,” segerombolan bocah kecil memanggil saat ia lewat.
“Mbak buta…hiks…nggak bisa lihat ,” bocah-bocah itu tertawa seraya melambai-lambaikan tangan di depannya.
“Iya Mbak memang buta kok ,” sahutnya tanpa terlihat kesal. Wah…..
“Dulu mungkin, tapi sekarang sih enggak,” jawabnya saat seorang teman bertanya apa ia kesal karenanya. Wah, semudah itukah memendam perasaan kecewa dan justru menyebarkan senyuman? Hufff……kayaknya enggak deh.

Jadi masih susahkan tersenyum hari ini? Hehehehe …tersenyum itu memang sesuatu yang mudah dan indah tapi sulit dilakukan bila hati tak merasa nyaman, dan belajar menerapkannya disegala suasana takkan berhasil dengan serta merta. Tapi jika hal-hal diatas nggak berhasil juga bikin kamu ketawa, jangan sebut namaku tiga kali…percuma masalahmu nggak bakalan teratasi (: P)…
Jadi gimana? Seorang bijak berkata (bukan saya lho) jika ketenangan itu asalnya dari hati, jadi ringan saja berpikir dan serahkan semua pada-Nya, barangkali rizki yang seolah jalan di tempat hari ini sebenarnya akan digandakan esok hari. Wei…kedengaran indah ya, tapi kok susah siih di lalui? Oh ya jika pertanyaan usil tentang kapan menikah muncul jawab saja dengan “ May ..maybe yes maybe no” seperti iklan yang wara-wiri di teve. Bila masih kurang juga sambut saja dengan perkataan ,” Semangat amat tanyanya, ngomong-ngomong mo nyumbang berapa?”
Nggak usah sangsi mereka pasti sewot dan mendelik selebar-lebarnya : ))
Note : Prithil brambang = membersihkan bawang merah dari tangkainya