Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Back to reff
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Banyak yang bilang lirik lagu itu maksa, melodinya terlalu sederhana tapi dalam maknanya bagi saya. Semua dimulai ketika,
Ia jatuh cinta!
Nggak perlu jadi jenius untuk melihat perubahannya. Kata-kata, pilihan lagunya mungkin, bisa jadi petunjuk kuat kalo ia terkena virus yang bikin orang blingsatan, yang warnanya merah jambu, berbunga-bunga dan bikin kamu agak gila. Yang kau sebut CINTA!
Mendadak dialah yang terpenting dalam hidupnya. Minggu ke Minggu, cuma dia yang ada. Yang lain serasa numpang lewat aja. Telfon panjang lebar cuma buat dia tersayang. Wajar sih mengingat dia lagi kena sakit cinta. Tapi nggak wajar ketika tanpa ba-bi-bu dia bilang sama Emaknya ,” Mak, aku mau dia..”
Mak-nya kebakaran jenggot (maknya sih nggak punya jenggot, jenggot bapaknya tuh dipinjem dan dibakar hehehe!). Semua orang jadi panik. Si bontot minta kawin. Bah!Dan ia kian menyebalkan di mata saya waktu bilang dengan kencang ,” aku hanya menginginkannya, bukan laennya!”
Oh ya? Masa? Jelas-jelas dia bikin semua orang ilfil dengan kekeraskepalannya yang gokil. Kawin, nikah, married apalah namanya itu bukan cuma buat kamu semata, tapi buat Emak, Bapak, dan saudara-saudara sebangsa juga, Bat. Ngobrol dong! Jangan ujug-ujug tanpa angin tanpa ujan tapi bawa keributan dong, Bat!.
Sebagai sahabat si bontot saya protes beraaatz! Pertengkaran pecah. Tabiat buruk saya muncul karena merasa nasehat saya dicuekin. Jadilah saya protes keras lewat surat . Saya biarkan ia baca lewat ‘ rumah kecil saya ini’.Peduli amat! Saya ogah ngomong lagi. Nggak tahu kenapa tiap kali membicarakannya emosi selalu naik ke kepala. Busyeet, kalo terus menerus gini, janji saya untuk nggak misuh lagi bisa GATOT (gagal total) euy!
Tapi ketika cinta membuatnya terluka, ternyata Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya. Persis seperti yang dikisahkan Dee dalam lagunya itu. Hanya satu tempat yang jadi tempatnya pulang. Si bontot yang sempat hilang, nyungsep di The Lost World sama Peter Pan and The Gank, nyadar cuma keluarga-lah tempatnya bisa bersandar dengan aman tatkala dunia mengasingkannya (ahahah….keterlaluan deh ah). Kasih mereka tetap nyata, hadir setiap harinya untuknya.
Emak, saya yakin menyadari perubahannya. Bapak, kurang lebih sama. Dan saya sendiri, suka nggak tega melihatnya bernafas dalam lumpur (kayak judul pilm jadul ya?). Meski pengen aja berkata ‘See, I told you!’ tapi yang keluar cuma ah-uh gagu. Saya biarkan memulihkan rasa tanpa banyak tanya. Padahal sumpe lo, banyak banget yang ingin saya tanyakan. Saya biarkan ia melalui kesedihannya yang acap kali terlihat lewat lagu-lagunya yang seolah nunjukin kalo ‘ ku tak bisaa…”
Diam-diam saya merasa bersalah. Tiba-tiba saya berpikir, mungkin saya sudah bertindak kelewatan. Sebagai sahabat entah kenapa saya merasa berhak menyodorkan segudang nasehat demi kebaikannya. Lupa jika saya sendiri belum tentu bisa menanganinya dengan sempurna jika nyemplung dalam kondisi yang sama. Bukankah saya dan ia manusia yang tak sempurna, yang harus banyak belajar dari tiap kesalahan demi kebaikan kita sendiri?
Satu quotes bagus dari karib saya Anesa di sudut Jakarta membuat saya terpesona. Katanya,
“ PERSAHABATAN ITU LAKSANA TANGAN DAN MATA, JIKA TANGAN TERLUKA MAKA MATA MENANGIS, JIKA MATA MENANGIS MAKA TANGAN MENGHAPUSNYA.”
Indah banget kan kalimatnya? Huhuhuhu, saya jadi terharu biru. Sungguh saya jadi bertanya-tanya sudah setulus itukah saya menyayangi sahabat-sahabat saya di rumah atau dimana saja? Rasanya kok belum ya, apalagi ketika Tasya Madina, penyiar terkenal dari kota saya (kalo nggak salah) berkata,
“SAHABAT SEJATI TAKKAN PERGI SAAT KAU BERKATA ,” PERGILAH!” UNTUK SESAAT MUNGKIN IA AKAN PERGI, TETAPI IA TETAP AKAN KEMBALI PADAMU DAN MENJADI SAHABATMU.”
Subhanallah, indahnya ya jika persahabatan sampai ke titik ini.
Untuk Bontot, maafin saya ya, Tot. You know I care about you. Hiks! Tetaplah jadi anak kecil yang lucu. Bergembiralah, semoga Allah selalu menyertaimu. Seperti gitar kesayanganmu, saya harap begitulah saya untukmu. Meski kesal kau dan aku saling membutuhkan. Hehehe, analogi yang nggak pas deh.
Oh ya, bentar lagi hari ibu, so selamat hari ibu juga untuk sahabatku, My Bunda, Emak saya tercinta. Kemana-kemana kita selalu bersama, kayak lem sama perangkonya, kayak duit sama ludah buat ngitungnya, kayak lalat sama makanannya. Eh nggak ding, kayak sahabat lama, Bu. You’re the best, Bunda! Untung yah, dulu saya lahir dari rahimmu, kalo nggak mana ada yang mau ngasih makan bocah endut nan bandel sepertiku? Hiks….
Eniwei, I LOVE YOU ALL! Nggak peduli dimana pun kamu berada kini. Untuk Tuteh, makasih ya udah ngingetin buat apdet, apdet, apdet! Nggak tau deh, saya suka sama Blogger satu ini. Baiiiik hati dan lucu (wooh…sok tahu!).
pic : taken from here
No comments:
Post a Comment