Friday, May 8, 2009
KEPADA SANG PEJALAN JAUH PART 2
Apa yang kau lihat dari balik kameramu, pejalan jauh? Sebuah keindahankah yang terbetik di kepalamu tatkala menatap kemesraan di wajah seorang ibu saat anaknya lahap menyusu? Apakah pemandangan itu tak menerbitkan rasa rindumu? Untuk pulang sejenak merebahkan kepala di pangkuan bunda dan bercengkrama dengan ayah tercinta? Kau hanya tersenyum saja, melenggang lalu tak menjawab tanyaku.
Di satu sudut jalan kau hentikan langkah merasakan denyut kota yang kini jarang kau ambah. Teringatkah kau pada sesuatu? Saat kau dan ia mencuri waktu, duduk berdua seraya makan jagung bakar bersama, melampiaskan rasa? Waktu-waktu telah menggerus bayangnya yang dulu pernah bertanya ,” Kenapa kau selalu tak punya waktu untukku?”
Duduk diam di depan laptop mahal (keluaran terbaru dengan spec luas), hasil kerja keras, wajah itu pun muncul di layar. Kau terpaku, mengingat hari-hari dimana kau pernah menghabiskan waktu dengan seseorang yang kini entah dimana. Ia yang pernah kau tumpahi rasa, dalam satu kisah rahasia setelah beberapa kali jumpa dalam sebuah sesi pemotretan. Siapa yang menyangka jika chit-chat ringan itu membuatnya nyaman hingga tanpa sadar berkata ,” Kurasa aku menyukaimu lebih dari biasa.”
Malam kian merapat, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan. Namun langkahmu justru tertuju ke sebuah angkringan, dimana semua orang langsung mengenali dalam keremangan.
“ Waras?” tanya mereka.
“ Apa dulu aku gila?” balasmu menghadirkan tawa membahana.
Segelas kopi lalu terhidang, tak terlalu manis, cukup sedang. Dengan lahap kau kunyah mendoan, sembari menghirup kopi panas yang mengepulkan asap. Sayup terdengar seseorang menyanyikan Your Body is Wonderland-nya Jhon Mayer, membuat kepalamu terangguk-angguk kecil mengikuti iramanya. Mendadak ponsel berdering kencang, nama seseorang yang sangat kau kenal muncul di layar.
“ Hai? He-eh…Kenapa? Oh, sudah kok. Ya, sama,” jawabmu manis, padanya yang menguarkan suara lembut memanja.
Siapa dia? Aku merangsek penuh tanya.
“ Hmm…Iya…” jawabmu, kali ini menjauh dari kerumunan. “ Enggak dong…”
‘ Oke, sampai besok ya...”
Klik. Percakapan berhenti. Kau kembali ke angkringan lagi, dan dihajar celetukan kurang ajar, khusus 17 tahun keatas.
Hah, waktu bercengkrama bersama kawan telah usai. Kakimu beranjak menjauhi kerumunan orang-orang edan (sebutan mesramu untuk kawan-kawanmu yang ajaib-ajaib itu). Masih ada kerjaan, katamu sembari melihat jam tangan. Kau terus saja berjalan tatkala sebuah sms masuk dan bertanya ,” Dimana kau berada?”
Tak ada jawaban. Isi kepalamu melulu tentang pekerjaan. Sampai kapan? Sampai kau kehilangan? Sampai penyesalan datang saat kau tak sempat membalas cinta orang-orang yang kau sayang? Terkadang urusan memang sulit ditinggalkan, tanpa sadar mencuri waktu-waktu kebersamaan. Berhentilah sejenak, untuk hati-hati penyayang yang mengharapkanmu datang, yang selalu ada dan tak segan berkata ,” Aku menyayangimu, amat sangat menyayangimu, walau detik-detik rindu terlampaui tanpa hadirmu.”
Dan aku?
Aku juga merindukanmu tapi harus menunduk lesu melihatmu berlalu, sama sekali tak menyadari kehadiranku. Dengan hati meradang aku terbang berlawanan arah denganmu. Di salah satu mall besar aku berhenti. Kutatap kaca, dan kudapati diriku siapa. Seekor kumbang mungil (biasa mereka sebut Coccinela) warna merah bertotol hitam, yang takkan masuk hitungan di hati pria yang bercita-cita setinggi awan.
Done, 22: 51, 1 Mei 2009
Inspired by a man who has ‘too complicated’ as his middle name ^_^
Thanks to Piso Surit-nya Vicky Sianipar, mendengarnya berulang-ulang bikin perasaan melayang…
picture taken from www.flickr.com/photos/carbonim
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment