Saturday, July 31, 2010
Free Beautiful Janmastami Wallpapers, Janmastami Festival And Janmastami Photos
Friday, July 30, 2010
Ganbatte, My Man!!
Dia satu-satunya pria yang dengan lantang kupanggil sayang, bukan karena persaudaraan, bukan juga karena hubungan percintaan tapi karena persahabatan. Ia Ia-lah orang yang membuatku menangis bukan karena hatiku telah dipatahkan tapi karena ia tegar, tak pernah mengeluh atau menangisi keadaan. Selalu bilang— aku kuat dihadapan orang. Sering bercanda seolah dunianya baik-baik saja. Padahal di dalam sana, di kepalanya ada penyakit yang menggerogotinya. Penyakit yang pernah membuatnya divonis segera tutup usia, oleh seorang dokter yang hanya manusia biasa yang sama tak tahunya dengan saya dan orang lainnya tentang rahasia jodoh, rizki, dan mati.
Kehidupan telah membawakannya gelombang lain di saat yang sama. Gelombang bernama perpisahan dengan seorang perempuan yang telah menjadi ibu dari anak-anaknya.
“ Ini jalan yang terbaik, jika kami terus bersama tak ada jaminan hubungan kami sebaik sebelumya. Terutama bagi anak-anak. Jalan kami sudah berbeda,” kisahnya suatu ketika.
“ Kami sudah membicarakan semua. Kami berjanji perpisahan ini akan baik-baik saja. Tak ada satupun yang berubah, kecuali perasaan dan pola hubungan kami kami. Dan kami memegang komitmen itu. Tahu nggak, tak ada yang tahu perpisahan ini sampai setahun setelah perceraian kami,” katanya lagi.
“ Hah? Anak-anakmu gimana?” tanyaku.
“ Untuk urusan kedua anakku, aku dan istriku selalu bekerja sama. Tak ada yang berubah, kami masih bertemu dan telfon-telfonan kok. Rasanya lebih nyaman sekarang. Kami jadi seperti saudara saja,” sahutnya.
Aku tersenyum mendengarnya. Kisah perceraian semulus ini jarang terjadi. Bukankah kebanyakan saling menyakiti? Tak ada lagi situasi bernama kedamaian, jika sudah menyangkut perceraian. Tapi kalian membuktikan sebaliknya. Salute!
Salute juga kuhaturkan untuk gaya santainya setiap kali bercerita tentang penyakitnya. Dari caranya bercanda, ia seolah mengirimkan pesan kepada kami kawan-kawannya agar berhenti mengkhawatirkannya.
“ Aku nggak apa-apa, aku oke saja, aku kuat,” katanya di berbagai kesempatan, padahal malam sebelumnya ia drop dan mimisan.
Sebaliknya aku yang harusnya justru memotivasinya, malah terseret haru-biru. Meneteskan air mata dan membuatnya perlu menelfonku pagi-pagi untuk memastikan kalau aku tak apa-apa sehabis menelfonnya malam sebelumnya.
“ Nggak, kok. Aku emang cengeng, nanti juga baikan,” sahutku tenang.
“ Jangan…jangan nangis, kamu nggak boleh cengeng,” katanya. “ Aku nggak enak kalau kamu nangis.”
Saya tertawa sambil mengusap mata air. Harusnya aku dong yang memberi penguatan, lah kok sebaliknya. Piye to iki? Aku benci deh kalau begini, nih mata air harusnya udah kering tapi kok netes lagi?
Tetap semangat, Sayang. Teruslah berjuang. Jangan menyerah mencari kesembuhan. Aku senang mendengar perkembanganmu yang sekarang. Aku yakin Allah akan memberi jalan, pada orang-orang yang tak pernah menyerah pada keadaan. Satu hal yang harusnya dokter itu belajar, agar lain kali lebih cerdas bila mengatakan kebenaran. Barangkali ia harus ikut pelatihan Law Of Atraction, agar tahu bahwa pemikiran negative yang ia transfer itu justru membawa keburukan. Lain halnya jika ia menyampaikan dengan cara yang positif pada orang, pasti pasiennya akan termotivasi untuk berjuang habis-habisan melawan penyakitnya, bukan?
Teruslah berjuang dan menginspirasi orang-orang. Suatu ketika aku ingin menuliskan kisahmu dan dibukukan. Agar banyak orang belajar darimu tentang ketegaran, menghargai hidup, dan rasa syukur atas kehidupan yang diberikan Tuhan.
Terima kasih karena kisahmu memberiku pelajaran betapa berharganya hidup untuk disiakan.
Salam untuk permata hatimu kini, semoga doa kalian diijabahi. Bisa segera bersama dan nggak jauh-jauhan lagi. Berjuang bersama dalam satu kapal, melayari lautan kehidupan hingga finish di pelabuhan terakhir seperti yang digariskan Tuhan.
Pesanku jangan pernah bikin status mengerikan lagi. Ungkapkan optimisme tiap hari. Agar aliran positifnya melingkupimu tiap hari.
Untukmu ijinkan aku bernyanyi…
Lebih dari cinta yang pernah kuberi
Lebih dari rindu yang pernah kurasa
Masih banyak waktu yang kan dijalani
Masih banyak rahasia kehidupan
Tuk kita
Ku akan selalu mencintaimu
Sampai aku tinggalkan dunia ini
Ketulusanku takkan berubah
Walau kita tak mungkin untuk bersatu
(ya iyalah, mana cukup hati, rumah dan duitmu untuk kami berempat belas orang? Itu yang terdeteksi, nah yang enggak…Hahahaha)
Selamanya…
(Lyric : taken from Ketulusan-Reza Arthamevia)
Untuk sahabatku TA, disudut Jakarta
*hearing My Chemical Romance Welcome to The Black Parade (my favourite song), Apocalyptica (Paint It Black), Vanessa Mae (Storm), Vivaldi (The Four Seasons-Autumn), Taro Hakase, Colbie Caillat, Reza Arthamevia (Ketulusan)
pic taken from : http://www.flickr.com/phot
Wednesday, July 21, 2010
ISENG ITU INDAH
Iseng memang identik dengan konotasi negative, tapi iseng yang ini lain. Iseng yang ini biasanya menghasilkan kepuasan. Terutama untuk diri sendiri yang suka gatal jika buku bacaan sudah habis dan hanya diam bertopang dagu tak ada yang dilakukan.
Cerita bermula saat akhir bulan. Nggak punya uang, tapi pengen macam-macam. Eits! Bukan macam-macam pake tanda kutip lo, hanya ingin punya sweater rajutan. Masalanya saya tak bisa merajut. Sewaktu minta diajari tante kecil pun ia bilang cuma bisa dasar-dasarnya saja. Cukup untuk membuat pita atau tatakan vas di meja.
Tapi penyakit gila saya sedang kumat! Baru diajari sehari bikin rajutan saya sudah membuat pola baju diatas kertas koran. Pola yang asal saja, karena saya tak tahu apa-apa soal bikin-membikin pola baju walau bapak saya penjahit.
Kres, kres, kres!
Pola baju saya gunting. Sebentar kemudian mulai merangkai rantai-rantai dari benang wol dengan dasar yang diberikan tante saya. Satu, dua…oke juga. Seterusnya nekat saja walau tanpa guru tempat saya bertanya lebih lanjut atau buku cara merajut (saya baru beli bukunya lamaaa setelah berhasil merajut 3-4 baju).
Akhirnya dalam kurun waktu tiga bulan sweater itu jadi juga. Selama itu bolak-balik saya gagal. Setidaknya tiga kali rajutan yang sudah setengah jadi saya bongkar. Ada saja yang tidak pas, mulai bingung gimana caranya bikin lengan, lehernya mesti diapain, sampai satu sisi sweater panjang sebelah pun terjadi. Untunglah, kegilaan saya tidak surut selama itu. Rasa tertantang untuk menyelesaikannya membuat saya terus bertahan sampai saya bisa bilang…LHA INI DIA SWEATERNYA!
“ Waa, lucu!” kata temannya teman waktu saya main dikosannya. Melihat sweater saya dia ingin membelinya. Tapi saya tak mengijinkannya. Saya ingin menyimpan hasil rajutan saya yang pertama.
Selesai proyek itu aku kelimpungan lagi. Mau bikin apa lagi? Oh tas, aku pengen bikin tas! Tapi tasnya harus berbeda. Tidak sama dengan lainnya. Dari bahan apa ya kira-kira? Oh, tanggalan saja. Kan banyak tuh yang sudah tak terpakai. Akhirnya mulailah saya gerilnya. Bongkar-bongkar tanggalan lama.
Mula-mula kita ukur si tanggalan, lalu dipotong segitiga panjang. Baru dipelintir menjadi untaian manik-manik. Usaha pertama jelek. Ternyata tidak bagus jika saat menggulung manik-manik terlalu banyak lem. Baru percobaan kedua ketiga manik-manik mulai terlihat cantik.
Proses kedua, setelah manik-manik dari tanggalan bekas terkumpul adalah sortir warna. Ini dah yang lumayan bikin mata belekan. Saya kumpulkan sendiri-sendiri untuk masing-masing gradasi warna. Mulai dari warna tergelap sampai termuda.
Proses ketiga adalah merangkainya. Nah ini nih yang bikin repot! Saya ndak punya ketrampilan merangkainya. Berbekal imajinasi dan iseng yang membara saya coba saja, meski lagi-lagi harus bongkar pasang hanya untuk membuat satu tas saja.
Hasilnya, boleh juga.
Proyek selanjutnya adalah tas kain. Karena saya nggak pintar menjahit akhirnya Bapak-lah yang jadi korban. Saya minta bantuan Bapak menyatukannya setelah saya selesaikan hiasannya. Hiasan berupa bunga itu dari kain perca yang saya sulam pinggirnya. Kok telaten ya? Hahahah, benernya enggak juga. Saya sering tinggalkan itu dan baru diteruskan kalo ‘mood’ merajalela.
Setelah tas kain perca saya pengen aja bikin tas kedua. Masih dari kain perca juga, hanya kali ini kainnya dibentuk bulat-bulat. Bikin bulat-bulatnya nggak susah, hanya lama. Setelah terkumpul baru disusun diatas karpet berdasarkan warna, baru dijahit tangan satu per satu. Berapa lama? Plus minus sih dua sampai tiga bulan, karena saya nggak selalu focus disana.
Pas hari raya, ibu bilang ingin punya toples cantik seperti yang dijual di toko. Ternyata kain serupa jala yang diperlukan untuk menghias toples cukup mahal juga. Saya putar otak, saya pengen toples tetap cantik tapi dengan bahan yang lebih murah. Akhirnya saya nemu kain mirip kelambu di toko. Harganya semeter sepuluh ribu. Setelah barang sehari dua hari dibiarkan, ide muncul dengan sendirinya. Lalu voila! Toplesnya jadi juga. Berhias daun dari kain perca coklat yang disulut lilin pinggirnya dan pita keemasan biar matching sama kain kelambunya.
Iseng yang lain kumat waktu main ke tempat Vita. Saya lihat jilbabnya cantik banget dengan sulaman timbul di bagian kepala. Ah, pengen coba ah, pikir saya setelah sampai di rumah. Berbekal buku panduan cara menyulam, saya mulai bergerak. Awal-awal kaku. Apalagi kain jilbab kan setipis itu, harus ekstra hati-hati agar sulaman tak merusak kain. Belum lagi menerjemahkan teori di buku diatas selembar kain itu ternyata bikin saya pusing. Sempat sulaman terbengkalai beberapa kali, karena saya baca itu buku berulang kali. Dan inilah hasilnya, meski jauh dari sempurna tapi ini karya saya.
Nah bagaimana denganmu. Jika muncul rasa gatal dihatimu, diakibatkan penyakit iseng melandamu. Pergilah! Lakukan sesuatu yang kau inginkan. Tentu saja yang positif ya? Jika tak tahu caranya, cari tahulah. Tinggalkan sejenak jika ketemu dengan kendala. Biasanya dari situ kita temukan jalan keluarnya. Sok tahu ya saya?
Hehehehe, lah saya kan sudah mencoba lebih dulu to ya…
Monday, July 19, 2010
30 Delicate Wedding Ring Designs
Sunday, July 18, 2010
TERIMA KASIH SEMUA
Biasanya enam bulan sebelum hari H, tanggal 19 Juli, saya sudah membuat pidato kenegaraan. Tapi kali ini tidak. Saya tak punya waktu *cieeeh gayanya. Secara kerjaan semakin hectic saja tiap harinya dan saya tak punya asisten untuk membantu saya menerjemahkan kata-kata diatas selembar kertas *gyah kumaat si Afin mah.
Tapi dalam kesempatan ini ijinkan saya untuk mengumandangkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang di sekitar saya, yang telah memberikan inspirasi, cinta, semangat dan juga duitnya (ehehehehehe).
First, tentu saja kepada Babe dan Bunda tercinta. Yang nggak bosan-bosannya mencintai saya yang ajrut-ajrutan. Yang menghancurkan impian kalian untuk punya anak perempuan yang manis dan selalu menuruti apa kata orang tua. Waks, pada saya semua itu lewat (maaf).
Saya selalu tampil ala kadar, tomboy kata orang. Suka ngasal. Udahlah numpang tapi sering “ kulang ajal!”. Coba apa enggak menggemaskan? Untunglah Babe dan Bunda sabaaar, nggak sekalipun punya niatan menjual saya ke pasar seton meski saya Bengal *ihik-ihik, berurai air mata.
Terima kasih karena membiarkan saya gentayangan tengah malam sambil jedang-jedung dengar musik yang-astaganaga-gedumbrangan!
Terima kasih untuk seluruh pengertian kalian.
Kedua, adik-adik tercinta. Wendy dan Si endut Wawan. Tenkiu yah, babe. Karena kalian selalu sayang sama daku *eh sapa bilang?
Untuk si Krucil Wawan, tenkiu karena selalu jadi guru IT yang sadizzz padaku. Yeh, meski ajaranmu banyak yang nyungsep di bantal, tapi seenggaknya udah bikin aku gak gaptek total.
Diana, yang terkena kutukan menjadi sohib saya. Heran dah, kenapa yah kita tuh selalu punya kisah yang sama? Kamu pasti nyontek esay punya saya ya sebelum dikumpulkan pada Allah Ta’ala.
Hidung memang boleh kecil (malu bilang pesek) tapi mbok ya jangan cerita hidup kita. Udah pisah jauuuh, lah kok deritanya sama aja. Judulnya jomblo juga, jomblo juga.
Oh ya besok lagi, kalo ketempatmu jangan kau paksa aku makan. Langsung sodorin aja. Kau tahu kan aku tuuh pemaluuu banget. Salam juga buat ibumu yang udah kayak ibuku sendiri.
Baitul Munir dan seluruh isinya mule dari Ustadz, sampai teman-teman mengaji saya seperti Pipin Suripin, Naam, Shofi, dan buanyak lagi yang udah ngajarin saya tentang kehidupan. Kesederhanaan dan ketulusan kalian tuh membekas di hati euy!
Tectona, Endless, Rina Astari, Maya, Ce Nur, Ade Nena, siapa lagi ya..deuuh banyak dah. Ampe nggak keitung untuk nasehatnya, ceritanya, dan kisah hidup tempat saya berkaca.
Fian digital, teman chat yang udah jawab pertanyaan saya yang mirip hantu-datang nggak diundang dan selalu ujug-ujug datang.
Escoret aka Tribal Man, teman ngeblog saya, karena dengan sinisnya bilang— Lakukan apa yang harus kamu lakukan, jangan ngeluh doang!—pada suatu masa.
Gara-gara itu aku jadi kesal dan terpacu untuk meraih mimpiku (ye meski belum terwujud benar).
Asmuni United yang udah bikin saya menyadari, betapa seharusnya saya mesti bersyukur. Pada kalian saya menemukan bahwa kehidupan harus tetap berjalan walau sakit atau kesusahan itu datang *terharuuu jadinya.
Tenkiu to Yogi Van Blumbangan (inget gak tuh pas nyungsep di kolam TK Bayangkari sampai pulang bugil dulu?), Tyo ‘kencrut’ Ananta yang tegar ngadepin gelombang hidupnya (musuh bebuyutan jaman SD, deuh kamu bikin nangis aja say), Edwin ‘Satoe’ si Bapak Super, Fanani, Mbak Vera yang lembut manis tapi kuat, Prapti aka Ruud Gullit yang ngajarin saya untuk berhenti mengeluhkan keadaan. Terima aja, Allah nggak bakalan nyoba hambanya melebihi kemampuannya, begitu katanya.
GB untuk sharing pemahaman bahwa membantu sesama itu kudu sabar bin ikhlas (deuuuh, sabar itu susah nyaak).
Tapi diatas semua itu tentu saja Allah Ta’ala atas hadiah kehidupannya untuk saya. I’m nothing without Allah. Ia-lah yang menjadikan semuanya mungkin.
Udah ah, saya udah mau nangis niiih…
Barokallah for u all. Barokallah…
note : yang nggak kesebut maaf
Saturday, July 17, 2010
22 Coolest and Creative Watch designs
23 Outstanding Elegant Vase Designs
18 Cool and Modern Computer Mouses
Tuesday, July 13, 2010
Friendship Day wallpapers, Friendship day photo and images
Rathyatra Wallpapers, Rathyatra Photos, Rathyatra Images
Wednesday, July 7, 2010
GARA-GARA MY STUPID BOSS FANS STORIES
Kemarin siang, pas istirahat siang Babe bilang ,” Tuh, ada paket buatmu.”
Syalalalalala! Ternyata paket dari Gradien Mediatama, yang udeh ditunggu ampe liuran berhari-hari. Ini paket bukan sembarang paket. Cuma orang-orang terpilih yang boleh dapat paket ini. Orang-orang yang tega curcol-nya atawa curhat colongannnya tersebar ke seluruh Indonesia, dengan resiko semua yang baca langsung kena penyakit gila mendadak stadium empat. Lha gimana enggak, di kantor, di rumah, di jalan mesam-mesem enggak jelas. Tanya tuh Mbak Kerani, chef yang udeh bikin si kece Vera Quin ampun-ampunan. Bingung gimana caranya bikin masakan yang bikin orang terpingkal-pingkal seperti masakan berjudul My Stupid Boss Fans Stories ini.
Satu, dua, tiga…Paket dibuka nggak pake lama. Langsung guling-gulingan waktu lihat isinya. Nih ada gambar si Boss alias Kloningan lele lagi nggaya, buku yang tebalnya berguna buat nimpuk bos kecil kalo kumat gelo nomernya, gantungan kunci imut, dan kaos yang bakal kupakai pas ultah di pertengahan Juli nanti (hihihi biar bos ngiri).
comelnya si boss *niru ipin upin
Lebih guling-gulingan lagi waktu buku dibuka. Sekapur barusnya aja udah bikin ketawa, gimana isinya? Lhadalah beneran. Isinya bener-bener seru. Ngakak, mesem, dan nyengir langsung bersatu padu mengusir penyakit enggak banget macam mual, mules, perih kembung gara-gara mikirin bos yang unik itu setelah beberapa halaman menjelajahi si buku. Alhasil, telat deh saya balik istirahat siang. Tapi karena nggak rela berpisah dengannya, saya bawalah buku itu ke kantor. Temen sekantor saya aja mpe ikutan mesam-mesem loooh gara-gara baca isinya.
Saya sendiri nggak konsen sama sekali ngerjain laporan. Sebentar-sebentar ngelirik si buku, ngintip dalemnya dan tertawa. Sedikit-sedikit nengok, ngulik isinya dan ketawa. Gitu terus ampe malam tiba. Kemana-mana lengket sama tu buku, enggak tega berpisah barang serambut pun.
Btw, tenkiu ya Mbak Kerani…tenkiu Gradien Mediatama, karena curcol-ku bisa masuk dapur MSB Fan Stories.
Ini hadiah ultah tergelo, terlucu…dan ter-ter lain dah buatku. Baca seluruh cerita disini ternyata manjur juga buat menghilangkan kesedihan akibat kalah lomba nulis untuk kesekian kali. Gara-gara kamu aku jadi semangat lagi dan berpikir ,
” Halaah, kalah belum sampai beribu kali kok udah letoy gini. Tiru dong, Mbak Kerani. Meski udah frustasi dan bersiap ngerajut tali buat bawa bossman ke pasar hewan untuk dijual, toh dia tetap tegar. Dan menghasilkan karya fenomenal! Huahh semangat! Nggak jamannya lagi bersedih-sedih begini. Gagal? Ya bangkit lageeey!”
Untukmu, siapapun kamuuuh, kamu harus beli buku ini kalo perlu se-Mbak Kerani-nya (hehehehe piss Mbak…). Jangan biarin kamu menderita batin, ngenes sendirian karena ulah bossman yang ajaib. Baca nih buku, biar kepalamu terang, dan nyadar kalo punya sumur di ladang boleh kita numpang mandi, kalao ada derita terdalam mending dibagi. Dijadiiin curcol nasional kayak begini. Selain situ dapat pahala karena udah bikin orang se-Indonesia bahagia, situ juga sukses ngebales boss dengan cara yang indah. Why you can kill with poison if you can kill with honey, begitu siiih kata nenekku, Ratu Inggris.
Dijamin buku yang ditulis 76 cewek dan 15 orang cowok dari Jakarta mpe Jambi, dari Bontang mpe Cimahi, dari Bangka mpe Banyuwangi (dikutip dari tulisan di cover buku MSBFS bagian belakang) ini bakalan bikin kamu hahahhihihihi nggak mari-mari (baca : nggak selesai-selesai).