Bolehkah kutanya, apa sampeyan ndak pusing terus keliling dan hidup dalam kendaraan demi menuntaskan pekerjaan?
Kadang-kadang melihat sampeyan rasanya orang jadi sulit membedakan sampeyan itu tas berjalan atau kura-kura ninja sedang menyamar?
Mungkin sampeyan ndak sadar, itulah gambaran sampeyan jika dilihat dari belakang dengan tambahan tas ransel segede gaban, isi laptop dan tetek bengek yang bikin sengkleh pundak.
Beuh, coba bayangkan ya, kalau tubuh sampeyan itu buatan jerman apa ndak ledeh diberi beban sedemikian besar?
Kalau saja otak sampeyan itu pun buatan jepang bisa jadi sudah error saat dipaksakan merampungkan kerjaan waktu badan kelelahan
“Apa to yang sampeyan cari?” kudengar seseorang menanyakannya pada sampeyan.
“ Saya ingin sebelum usia empat puluhan, saya sudah mapan, punya usaha sendiri dan tidak lagi jadi orang gajian,” jawab sampeyan penuh kemantapan, semantap genggaman tangan sampeyan saat berjabatan tangan.
Saya yang ikut mencuri dengar, mengangguk-angguk sendiri. Sampeyan hebat, ya. Kelihatannya sampeyan selalu punya rencana ke depan, selalu punya plan cadangan jika rencana A tidak berjalan. Beda betul dengan saya justru lebih mengalir, baik air, sampai-sampai seorang rekan berkata ,” Orang kayak kamu itu ndak punya beban, tapi juga punya kelemahan. Kamu jadi ndak punya tujuan jangka panjang. Cuma ya jangan keterlaluan trus pasrah keadaan, nerima gitu aja semua yang sudah digariskan. Soalnya orang kalo mau berubah nasibnya itu ya harus usaha, kerja keras, tidak diaaaam saja...”
Saya hanya cengengesan, sembari menonton kawan saya itu mencari makan. Dan menyimpan kata-katanya yang dalam itu di hati dan kepala kecil saya.
Kembali pada sampeyan, saya lihat sampeyan berhenti di pinggir jalan. Ngopi-ngopi sambil makan juadah goreng, melemaskan otot-otot yang tegang sekaligus tensi yang rada naik karena kerjaan.
Srupuuut! Sampeyan teguk kopi ala mahasiswa (kopi dengan perbandingan 3:1 , tiga perempat kilo jagung dan seperempat kilo kopi) itu pelan-pelan, sembari memainkan PDA ditangan. Beberapa orang melirik penuh keingintahuan, mata mereka berkata ,” Dolanan apa sih nih orang?”
Dan sampeyan terus saja kutak-kutik “mainan sampeyan” tak terlampau peduli pada sekitar. Tepat saat itu sampeyan melihat Bu Jajan, perempuan tua yang masih terus berjualan jajanan tradisional di usia rentanya. Senyum kekaguman terkembang dari bibir sampeyan, atas semangat juangnya yang tak uzur meski digilas penderitaan.
“ Hati-hati, Mbah,” seru sampeyan saat ia melangkah menyeberangi jalan. Simbah tersenyum lebar, memamerkan sebagian giginya yang ompong. Sepeninggalnya sampeyan kutak-kutik kembali dengan PDA kesayangan. Lalu hoahem, sampeyan menguap, hampir saja membuat seekor ekor lalat tersedot masuk, jika sampeyan tak segera menutup mulut.
“ Allahu akbar, Allahu akbar ,” adzan tiba-tiba terdengar dari masjid jami’dekat pasar, memanggil sampeyan datang untuk menemui pujaan.
Cepatlah datang, Ia sudah menunggu kehadiran sampeyan. Tinggalkan sejenak kepenatan, lepaskan beban saat bersimpuh luruh di hadapan sang empunya fajar.
Kemudian sampeyang pun beranjak, meninggalkan seberkas kekaguman ketika saya menatap punggung sampeyan yang lebar.
“ Lihatlah dia, tirulah semangatnya,” bisik hati kecil ketika bayangan sampeyan hilang di kelokan jalan.
Saya menghela nafas, merasa sedikit kehilangan. Ah mendadak saya ingin bertanya ,” sampeyan itu masih single atau sudah punya gacoan ya? Kalau masih sendirian bolehkah saya mendaftar?”
Tapi mendadak saya tertawa sekerasnya. Cuit-cuit disebelah saya menyadarkan saya hanyalah seekor burung yang suka nangkring di atas kabel listrik pinggir jalan, memperhatikan sampeyan ketika sampeyan datang ke
This story based on my daily funny story, inspired by you (iya…kamu, kura-kura ninja yang suka ngider kemana-mana)
No comments:
Post a Comment