Lezat nian menyesap susu coklat pagi-pagi, pikir sang nona sebelum akhirnya ia mengumpat karena kepanasan. Lidah yang terasa terbakar ia julurkan sambil kipas-kipas, meredakan.
Sekelumit tanya berpendar-pendar. '' Lha ya kalau ndak ada lidah apa bisa merasakan legitnya susu coklat? Tapi mana pernah kepikiran, paling juga lidah bergoyang untuk serangkaian serapah dan omongan ngelantur. Bukan bersyukur,'' sang hati kecil ngudarasa, mengutarakan apa yang ada dibenak.
Sang nona mengangguk sambil nyengir kuda. Merasa apa yang si hati katakan ada benarnya. ''Secangkir susu coklat pagi-pagi rupanya cara unik Tuhan mengingatkan agar manusia mensyukuri keadaan,'' gumamnya sembari menatap susu coklat yang telah tandas di dasar cangkirnya.
* subuh hari
No comments:
Post a Comment