NGELURUSIN AKHLAK
Dari pagi tadi ada yang berbeda. Ada mahkluk manis yang mondar-mandir mamerin rambut barunya. Dulunya sih rambutnya punya banyak tikungan (baca keriting) tapi sekarang lurus panjang tanpa hambatan. Ada ajaaaa gayanya biar semua perhatian tertuju padanya. Mulai dari dada-dada ala Putri Indonesia, sampai berdiri deket kipas angin biar dapat efek kibar bendera. Hwaaah, hebatnya…Rambutnya? Bukan! Pssst, narsisnya…
Mbak Intan mesam-mesem sambil buka dompet. Aiih, asyik. Biasanya kalau udah gini pasti aku ditraktirnya nanti.
“ Berapa duit tuh?”
“ Murah. Cuma dua ratus ribuan.”
“ Wiidiiih muahual! Lha kalau biaya ngelurusin akhlak berapa, Mbak?”
Dompet tertutup dan syuuuut! Seekor buaya nganga, gantungan kunci sepeda motor Mbak Intan nemplok di jidat.
Asem, mulut nggak bisa ditata! Kau gagalkan rencana Mbak Intan mentraktir hamba.
YANG TINGGI BESAR
Jam 11 siang. Perut mulai lapar. Eh, ada Mbok-Mbok Penjual jajan lewat.
Simbok berhenti. Mukanya sumringah dan menuju kearah kami. Aku, Mbak Nora, Mbak Intan dan Ney.
“ Mbak Ney kapan itu dijemput pacarnya, ya?
Ney ngangguk-angguk bahagia mendengar pertanyaan Mbok Jajan.
“ Lha nek Mbak Molen pacarnya yang mana? Kok ndak pernah kelihatan?”
Wkwkwkwkwkwkwkw…tiga penduduk bangsa saingan tertawa. Aku diam saja, mendadak budeg aja.
“ Belum to, Mbak?”
Aku nyengir.
“ Yo…wis nek blum. Satu nasehat saya ya, Mbak. Carilah yang tinggi besar.”
Maksudnya?
“ Tinggi pangkatnya, besar gajinya,” kata Mbok Jajan tanpa dosa.
Saya garuk-garuk kepala. Mbok, yang begituan carinya dimana? DP-nya berapa? Kalau murah saya ambil tiga…
No comments:
Post a Comment