Aku hanya bisa mengawasimu dari kejauhan, Kecil. Sudah tidak bisa kujangkau seperti ketika kau mungil.
Sudah besar kau sekarang, sudah tahu mana yang baik dan yang benar.
Meski begitu aku tetap punya kekhawatiran tiap kali kau bercerita tentang perempuan.
Apa yang kau lihat dari matamu, Kecil? Apa kau melihat dari kacamata luar ataukah hingga ke dalam? Tidak sekedar menilai perempuan dari ukuran umum yang biasa
Kau tahu, Kecil, aku juga perempuan. Aku sangat sedih jika kau membanting perempuan tanpa perasaan. Kau biarkan mereka mengira kau menyukainya, meski kau berkelit kau tidak berniat melakukannya. Kau sirami semua kembang, kau biarkan mekar. Lalu jika cinta merekah di dada mereka kau dengan manis berkata ,” Aku hanya menganggapmu teman saja.”
Bisa saja kau atau kaummu berkata, perempuan saja yang bodoh. Kenapa juga mereka tidak berpikir dengan logika.
Mungkin saja seseorang pernah berlaku sama padamu, Kecil. Hingga kau berpikir, tak apa jika kulakukan hal yang sama.
Apa kau tahu kecil, perbuatan yang kau lakukan suatu ketika akan berulang. Dengan kemasan dan bungkus berbeda pada jamannya. Ketika anak-anakmu lahir dan dewasa hingga kau tahu bagaimana rasa ayah yang anaknya dipermainkan cinta.
Hingga kau menangis melihat putrimu menangis.
Kecil, aku mohon kepadamu. Jadilah pria seperti seharusnya. Jangan suka membungkus rayuan maut dalam bentuk persahabatan, hanya untuk mencampakkan seseorang.
Big hug for u, babe!
No comments:
Post a Comment