Aku bertemu dengannya saat aku masih bocah. Kala itu usiaku baru mencapai angka 12, dan ia sudah dewasa. Ia pria yang tinggi, tegap, dan liat, amat menonjol dibanding sebayanya. Masa itu banyak yang mengaguminya, mengatakan ia mengesankan tapi tidak denganku. Di usia semuda itu, aku menganggapnya membosankan. Sama sekali tak menarik, meski berusaha paham.
Menginjak usia ke-14, bayangannya kian pudar. Berganti dengan sosok keren kekinian, dengan gaya omong yang lugas dan obrolan yang selalu up to date.
Di usia dua puluhan, aku benar-benar melupakan. Tak pernah bersentuhan, meski samar.
Sekarang aku justru merasa senang bisa bertemu kembali dengannya. Mungkin karena aku kini telah dewasa, melihat dunia dengan kacamata berbeda. Filsafat yang dulu terasa berat untuk dicerna, kini mulai bisa dipahami artinya.
"Apa kabar gadis kecil? Lama tak bersua, kemana saja kau berkelana?" tanyanya dengan tubuh tegak dan tangan memegangi gagang pedangnya. Kulihat kehangatan di matanya yang bersinar penuh kebijakan, hasil pengembaraan di masa silamnya.
* musashi by eiji yoshikawa
No comments:
Post a Comment